TUBERKULOSIS PADA ANAK
Oleh :
Djoko Sunarjo, dr.SpA
PENDAHULUAN
Penyakit tuberkulosis (TB) pada anak walaupun dikatakan
merupakan “Self limited disease” atau “Stable disease” sampai saat ini masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama di negara-negara berkembang.
Indonesia merupakan negara dengan proporsi TB tertinggi nomer 3 (tiga) setelah
India (30%) dan Cina (15%) yaitu sebesar 10%. Sedangkan prevalensi penyakit
berkisar antara 1,2 – 2,5% (di Kab.Pati 1,9%).
Angka kesakitan tuberkulosis anak
merupakan parameter berhasil tidaknya pemberantasan tuberkulosis di suatu
daerah. Dan perlu diingat pula bahwa tuberkulosis anak merupakan penyakit
sistemik.
Shaw dkk.(1954) mendapatkan bahwa
65,2% anak sekitar penderita TB dewasa dengan pemeriksaan sputum direk positif
akan terinfeksi tuberkulosis (tuberkulin positif). Sedangkan Guerin dkk.(1975)
mengemukakan bahwa setiap penderita TB menulari 5 orang sekitarnya terutama
anak.
Timbul suatu pertanyaan apakah TB
dewasa merupakan kelanjutan TB anak (endogenous reinfektion) ataukah infeksi
baru (eksogenous infektion)? Horwitz (1973) menyatakan bahwa 90% dari TB dewasa
merupakan reaktivasi tuberkulosis anak (endogenous reinfektion). Dengan
demikian tuberkulosis anak akan merupakan titik tolak sumber penularan dan TB
manifest di hari kemudian.
FAKTOR PENGHAMBAT DALAM
PEMBERANTASAN TB
- Sosial Ekonomi
-
Makanan yang kurang baik dalam
kualitas dan kuantitas mengakibatkan daya tahan tubuh anak turun dan mudah
terjadi infeksi
-
Obat yang mahal dan dibutuhkan
waktu yang relatif lama.
- Perumahan : kurangnya udara ventilasi, dan biasanya “over crowded”
- Kurangnya pengetahuan kesehatan dan kurangnya pengertian mengenai sifat dan cara penularan TB
PERBEDAAN TB ANAK DAN DEWASA
- TB anak lokasinya pada setiap bagian paru, sedangkan pada dewasa di daerah apeks dan infra klavikuler
- Terjadi pembesaran kelenjar limfe regional sedangkan pada dewasa tanpa pembesaran kenlenjar limfe regional
- Penyembuhan dengan perkapuran sedangkan pada dewasa dengan fibrosis
- Lebih banyak terjadi penyebaran hematogen, pada dewasa jarang
KLASIFIKASI TB ANAK
- TB Primer
-
Komplek Primer
-
Komplikasi paru dan alat lain
(sistemik)
- TB Post Primer
-
Re infeksi endogen (karena daya
tahan tubuh turun, kuman yang indolen aktif kembali)
-
Re infeksi eksogen
Komplek Primer :
Di
paru basil yang berkembang biak menimbulkan suatu daerah radang yang disebut
afek/fokus primer dari Gohn. Basil akan menjalar melalui saluran limfe dan
terjadi limfangitis dan akan terjadi limfadenitis regional. Pada lobus atas
paru akan terjadi pada kelenjar limfe pada trakheal, sedangkan pada lobus bawah
akan terjadi pada kelenjar limfe hiler.
Komplikasi Paru dan alat lain
Dapat
terjadi penyebaran secara limfogen hematogen akan terjadi TB milier, meningitis
TB, bronkogenik, pleuritis, peritonitis, perikarditis, TB tulang dan sendi.
DIAGNOSIS TB ANAK
- Test Tuberkulin
Ada 2 macam tuberkulin yang dipakai yaitu Old tuberkulin
dan Purified protein derivate dengan cara Mantoux. Yaitu dengan menyuntikkan
0,1 ml tuberkulin PPD intrakutan di volar lengan bawah.Reaksi dilihat 48 – 72
jam setelah penyuntikan. Uji Tuberkulin positif menunjukkan adanya infeksi TB.
Reaksi ini akan bertahan cukup lama walaupun pasien sudah sembuh sehingga uji Tuberkulin
tidak dapat digunakan untuk memantau pengobatan.
- Keadaan umum anak
Curiga adanya TB anak bila :
-
Sering panas
-
Sering batuk pilek (batuk kronis
berulang)
-
Nafsu makan menurun
-
Berat badan tidak naik
- Laboratorium hematologi
Tidak banyak membantu. Laju endap darah meninggi pada
keadaan aktif dan kronik. Pada stadium akut bisa terjadi lekositosis dengan sel
polimorfonuklear yang meningkat selanjutnya limfositosis. Gambaran hematologik
dapat membantu mengamati perjalanan penyakitnya. Gambaran darah yang normal
tidak / belum dapat menyingkirkan diagnosis tuberkulosis.
- Foto Rontgen
Foto thoraks yang khas adalah :
-
Fokus primer
-
Limfadenitis pada trakhea
-
Limfangitis
Foto thoraks yang jelas :
-
TB milier
-
Bronkhogenic Spread
Foto Rontgen thoraks tidak dapat digunakan sebagai alat
diagnostik tunggal
- Pemeriksaan bakteriologis
Merupakan diagnosis pasti bila ditemukan kuman basil tahan
asam, tetapi sulit pada bayi dan anak. Bahan pemeriksaan dapat diambil dari
sputum (pada anak besar), bilasan lambung pagi hari atau dari cairan lain :
LCS, Cairan pleura, cairan pericard.
Pemeriksaan dapat dilakukan cara langsung, biakan dengan
metode lama, radiometrik (Bactec), PCR
- Pemeriksaan histopatologi
Jarang dilakukan pada anak, dilakukan dengan biopsi
misalnya dari kelenjar limfe
- Pemeriksaan fungsi paru
Pada umumnya fungsi paru tak terganggu kecuali pada
bronkhiektasis hebat. Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada TB anak yang
memerlukan tindakan operatif.
- Pemeriksaan terhadap sumber penularan
Dicari sumber infeksi baik dari keluarga maupun orang lain,
dilakukan pemeriksaan sputum, foto paru, pemeriksaan darah. Bila positif sebaiknya diisolasi untuk mengurangi kontak
dan dilakukan pengobatan.
- Serologi : hasil kurang memuaskan dan masih kontroversi, hasil tergantung dari :
-
Umur
-
Status imunisasi
-
Mycobacterium atypic
-
Tidak dapat membedakan infeksi dan
sakit
- Interfedon γ
Problem utama dan penatalaksanaan TB anak adalah :
- Diagnosis :
-
Gejala klinik tidak specifik
sehingga sering terjadi over / under diagnosis dan over/under treatment
-
Belum ada alat diagnostik yang
pasti
-
Infeksi TB atau sakit TB tidak ada
alat diagnostik yang dapat membedakan
- Kepatuhan berobat
-
Banyak terjadi putus obat yang
berakibat kegagalan pengobatan
PENDEKATAN PRAKTIS UNTUK
MENDIAGNOSIS TB ANAK
1.
Dengan Skoring System :
-
Stegen (1969)
-
Smeth Dorgues (1981)
-
Dugliasi (1992)
-
Coito (1994)
2.
Dengan algoritme : IDAI 1998, 2002,2006
Algoritme IDAI untuk deteksi awal dan rujukan TB anak
Suspek TB :
-
Kontak dengan penderita TB dg BTA
(+)
-
Reaksi akselerasi BCG (3-7 hari)
-
BB turun atau underwight yang tak
ada perbaikan dengan interfensi gizi selama 1 bulan
-
Sering demam tanpa sebab
-
Batuk lebih dari 3 minggu
-
Pembesaran kelenjar limfe
-
Scrofuloderma
-
Konjungtivitas flychtenularis
-
Tuberkulin test positif ( ≥ 10
mm)
-
Gambaran radiologis sugestif TB


Berikan OAT
Observasi 2 bln
![]() |


Respon klinis + Respon klinis
- / memburuk
![]() |
![]() |
![]() |
|||



TB Bukan
TB MDR TB
![]() |
![]() |
![]() |


OAT diteruskan Rujuk
ke RS


Perhatian
gejala yang berbahaya Re
evaluasi RS :
-
Kejang -
Tanda Klinis
-
Kesadaran menurun - Tuberkulin test
-
Kaku kuduk -
Radiologis
- Tumor spinal - Mikrobiologis dan
Serologis
- Fenomena papan catur - Histopatologi
--à Rujuk ke RS
Dengan
algoritme ini timbul masalah :
-
Peningkatan kebutuhan obat TB
untuk anak
-
Peningkatan diagnosis TB anak àover diagnosis ?
Sehingga
algoritme tersebut disempurnakan menjadi sistem skoring IDAI
SISTEM SKORING TB ANAK IDAI
GEJALA
|
0
|
1
|
2
|
3
|
SKOR
|
Kontak
|
Tidak jelas
|
-
|
BTA (-)
|
BTA (+)
|
|
Tes Tuberkulin
|
-
|
-
|
-
|
Positif
|
|
BB
|
|
Bbm
BB
|
Gizi buruk
|
-
|
|
Panas
|
|
Penyebab tdk jelas
|
-
|
-
|
|
Batuk
|
< 3 mg
|
≥ 3 mg
|
|
|
|
Pembesaran kelenjar
|
|
> 1 kel
≥ 1 cm tdksakit
|
|
|
|
Tulang / Sendi
|
|
Bengkak
|
|
|
|
Foto thorax
|
Normal
|
Sugestif
|
|
|
|
TOTAL
|
|
CATATAN UNTUK SISTEM SKORING
IDAI
-
Diagnosis oleh dokter
-
Diagnosis gizi harus ada
-
Panas / demam dan batuk tidak ada
respon dengan pengobatan standart
-
Foto Ro’Thoraks bukan merupakan
alat diagnostik yang utama pada TB anak
-
Semua kejadian reaksi akselerasi BCG
harus dilakukan evaluasi dengan sistem skoring
-
Diagnosis TB anak bila skor ≥ 6
-
Bila skor 5 dan anak < 5 th
dengan dugaan yang kuat, rujuk ke RS
-
Pemberian profilaksis INH bila kontak
BTA (+) dg skor < 6
PENGOBATAN TB ANAK
Tujuan pengobatan TB anak
adalah :
-
Menurunkan / membunuh kuman dengan
cepat
-
Sterilisasi kuman untuk mencegah
relaps dengan jalan pengobatan
Ø Fase intensif (2 bulan) : mengeradikasi kuman dengan 3 macam obat :
INH, Rifampisim dan PZA
Ø Fase pemeliharaan (4 bulan) : akan memberikan efek sterilisasi untuk
mencegah terjadinya relap : menggunakan 2 macam obat : INH & RIF
-
Mencegah terjadinya resistensi
kuman TB
PRINSIP PENGOBATAN TB ANAK
-
Kombinasi lebih dari satu macam
obat. Hal ini untuk mencegah terjadinya resistensi terhadap obat
-
Jangka panjang, teratur, dan tidak
terputus. Hal ini merupakan masalah kadar kepatuhan pasien.
-
Obat diberikan secara teratur tiap
hari
OBAT YANG SERING DIGUNAKAN PADA TB ANAK
OBAT
|
SEDIAAN
|
DOSIS
(mg/kg BB)
|
DOSIS MAKS
|
ESO
|
INH
|
Tablet 100 mg
Tablet 300 mg
Sirup 10 mg/ml
|
5 – 15 mg
|
300 mg
|
Hepatitis, neuritis perifer hipersensitif
|
Rifampicim
|
Kapsul/ kaplet 150,300,450,600
Sirup 20 mg/ml
|
10 - 15
|
600 mg
|
Urine/sekret merah hepatitis, mual flulike
reaktion
|
Pirazinamid
|
Tablet 500 mg
|
25 – 35
|
2 g
|
Hepatitis hipersensitif
|
Etambuzol
|
Tablet 500 mg
|
15 – 20
|
2,5 g
|
Neurilis optika ggn visus /warna ggn saluran
cerna
|
Streptomisin
|
Injeksi
|
15 - 40
|
1 gram
|
Ototoksis nefrotokis
|
Kartikosteroid
:
-
Sebagai anti inflamasi digunakan
predison oral dengan dosis 1 – 2 mg /kgBB/kari selama 4 minggu kemudian dilakukan
tapering of selama 2 minggu
-
Indikasi pemberian :
Ø TB.milier
Ø Meningitis TB
Ø Pleuritis TB dg efusi
REGIMEN
PENGOBATAN TB ANAK
|
2 bln
|
|
6
bln
|
9
bln
|
12
bln
|
|||
INH
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
RIF
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
PZA
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
EMB
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SM
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
PRED
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
PEMANTAUAN HASIL PENGOBATAN
- Pengawasan terhadap respon pengobatan. Perhatikan perbaikan klinik, aktivitas, nafsu makan, kenaikan berat badan. Bila ada tuberkulosis ekstra torakal diamati perbaikan yang terjadi.Respon klinis yang baik terhadap terapi mempunyai nilai diagnostik. Respon yang baik dapat dilihat dari perbaikan semua keluhan awal. Nafsu makan membaik, berat badan meningkat dengan cepat, keluhan demam dan batuk menghilang dan tidak merasa sakit.Respon yang nyata biasanya terjadi dalam 2 bulan awal (fase intensif)
- Pengawasan terhadap komplikasi
- Pengawasan terhadap efek samping obat : biasanya jarang terjadi pada anak. Neuritis perifer, gangguan Nervus VIII, gangguan penglihatan, gejala hepatotoksik
- Pengamatan terhadap perbaikan gambaran laboratorium darah.Pemeriksaan kimia darah atas indikasi
- Pengamatan terhadap perbaikan radiologik dilakukan pada akhir pengobatan
- Mencari sumber infeksi pada keluarga dan masyarakat sekitarnya.
PENCEGAHAN TUBERKULOSIS ANAK
- Perlindungan terhadap sumber penularan. Prioritas pengobatan sekarang ditujukan terhadap orang dewasa. Akan tetapi seperti yang telah diterangkan sebelumnya bahwa TB anak yang tidak mendapat pengobatan akhirnya menjadi TB dewasa dan akan menjadi sumber penularan
- Vaksinasi BCG
- Khemoprofilaksis primer maupun sekunder
- Pengobatan terhadap infeksi dan penemuan sumber penularan
- Pencegahan terhadap menghebatnya penyakit dengan diagnosis dini
- Penyuluhan dan pendidikan kesehatan
INTERVENSI SIKLUS INFEKSI
TUBERKULOSIS ANAK
Tujuan
akhir tuberkulosis kontrol adalah menghilangkan atau memberantas penyakit
tuberkulosis. Dari sudut tuberkulosis anak maka dapat diadakan intervensi
siklus infeksi sebagai berikut :
- Pencegahan primer :
-
Vaksinasi
-
Menghindari penyakit / sumber
penyakit
-
Profilaksis infeksi
(khemoprofilaksis primer)
- Profilaksis penyakit (khemoprofilaksis sekunder)
- Pengobatan penyakit
- Mempertahankan daya tahan tubuh, meningkatkan gizi, menghindarkan sumber penyakit.

KEMOPROFILAKSIS
:
Obat yang digunakan izoniazid dengan dosis 10 -15 mg/kg BB
selama minimal 12 bulan.Anak yang perlu diberikan kemoprofilaksis :
- Bayi dengan ibu tuberkulosis
- Anak dengan kontak penderita TB aktif
- anak menggunakan kortikosteroid jangka panjang / imunosupresif
- Penderita penyakit hematologik : leukemia, thalassemia
- Masa akil balik
- Menderita penyakit virus
- Menderita diabetes melitus
KESIMPULAN
Tuberkulosis anak selain mempunyai problematik sendiri juga
merupakan akibat dari tuberkulosis dewasa. Dengan demikian tuberkulosis anak
merupakan parameter yang penting berhasil tidaknya pemberantasan sumber
penularan. Tuberkulosis anak merupakan bibit tuberkulosis dewasa dan dengan
sendirinya merupakan sumber penularan pada masa dewasa.
Dalam pengelolaan TB anak harus diingat bahwa TB primer
merupakan penyakit sistemik komplikasi dapat terjadi terutama dalam 1 – 1,5
tahun perjalanan penyakit, kadang baru dalam 5 tahun..
Kesukaran dalam diagnosis TB anak karena gejala klinik dan
radiologik tidak khas, sedang pemeriksaan bakteriologis tidak banyak dapat
diharapkan.
Vaksinasi BCG yang langsung dikerjakan dan memberi reaksi
yang cepat dalam 7 hari pertama (terjadi indurasi) harus dicurigai adanya
infeksi tuberkulosis yang aktif. Jadi vaksinasi BCG secara masal selain untuk
memberikan imunitas bisa digunakan sebagai uji tapis walaupun bersifat
terbatas.
Pengobatan TB memerlukan ketekunan dan waktu yang lama
sehingga membosankan penderita.
Pemberantasan TB akan berhasil baik bila secara simultan
disertai perbaikan sosial ekonomi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
- Notohamidjojo S.Setiawan S.Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit TB Paru.Simposium penanganan TBC masa kini.Pekalongan.1987
- Rahajoe N. Beberapa Masalah Penanggulangan Tuberkulosis Anak Dalam Praktek Sehari-hari. Jakarta.Fak.Kedokteran Universitas Indonesia.1987.
- Trastotenojo MS.Tuberkulosis Anak Dalam Rangka Pemberantasan Tuberkulosis di Indonesia.Semarang.Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK.UNDIP.1989.
- Gunardi AS.Pemberantasan Penyakit TB Paru di Indonesia.Majalah Kedokteran Indonesia Indonesia Vol.34 No.2.29 Februari 1984
- Sutejo R.Rahajoe N.Nastiti,Budiman I.Tuberkulosis Anak.Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI RSCM Jakarta.
- Rahajoe N.N.Problematik Klinik Tuberkulosis Anak.Majalah Kedokteran Indonesia Vol.31 No.7 Agustus 1981.
- Crofton J.Horne N.Miller F.Clinical Tuberculosis.London.Macmillan Press,1992.
- Eddy Widodo : Tuberkulosis Pada Anak : Diagnosis dan Tata Laksana Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan IDAI Jaya.2003
- Ikatan Dokter Anak Indonesia.Standar Pelayanan Medis Anak. Badan Penerbit IDAI.2004.
- Pelatihan Manajemen Tuberkulosis Anak.UKK Respirologi PP.IDAI.IDAI.Jateng. 2007
TUBERKULOSIS
PADA ANAK
(Diagnosis dan
Tatalaksana)

Oleh
:
Djoko
Sunarjo, dr.SpA
No comments:
Post a Comment