KANKER PARU
Pengertian
Keganasan di rongga torak mencakup kanker paru, tumor mediastinum,
metastasis tumor di paru dan mesotelioma ganas (kegasanan di pleura).
Kasus keganasan rongga toraks terbanyak adalah kanker paru. Di dunia,
kanker paru merupakan penyebab kematian yang paling utama di antara
kematian akibat penyakit keganasan. Laki-laki adalah kelompok kasus
terbanyak meskipun angka kejadian pada perempuan cendrung meningkat,
hal itu berkaitan dengan gaya hidup (merokok)
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,
mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) dan
metastasis tumor di paru. Metastasis tumor di paru adalah tumor yang
tumbuh sebagai akibat penyebaran (metastasis) dari tumor primer
organ lain. Definisi khusus untuk kanker paru primer yakni
tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus. Meskipun jarang dapat
ditemukan kanker paru primer yang bukan berasal dari epitel bronkus
misalnya bronchial gland tumor. Tumor paru jinak yang sering adalah hamartoma
Faktor Risiko
Faktor Risiko :
·
Laki-laki,
·
Usia lebih dari 40 tahun
·
Perokok
·
Tinggal/bekerja di
lingkungan yang mengandung zat karsinogen atau polusi
·
Paparan industri / lingkungan kerja tertentu
·
Perempuan perokok pasif
·
Riwayat pernah mendapat
kanker organ lain atau anggota keluarga dekat yang menderita kanker
paru (masih dalam penelitian).
·
uberkulosis paru (scar
cancer), angka kejadiannya saanat kecil.
Orang-orang yang termasuk dalam kelompok atau terpapar pada faktor
risiko di atas dan mempunyai tanda dan gejala respirasi yaitu batuk,
sesak napas, nyeri dada disebut golongan risiko tinggi (GRT) maka
sebaiknya segera dirujuk ke dokter spesialis paru.
PENTING.!!!!!!
Perhatian khusus harus diberikan kepada pasien yang masuk dalam
kelompok risiko dengan diagnosis TB-paru (tuberkulosis paru) dan
mendapat pengobatan obat anti-tuberkulosis (OAT). Mereka harus
dievaluasi ketat. Jika dalam evaluasi 1 bulan pertama menunjukkan
perburukan sebaiknya dipikirkan ke arah kemungkinan kanker paru dan
dirujuk ke dokter spesialis paru. Khusus yang disertai keluhan
nyeri yang persisten di bahu /lengan /dada dengan ”infiltrat” di puncak
paru , bila nyeri tidak hilang dalam 1 – 2 minggu pengobatan kanker
paru segera dievaluasi secara amat terarah.
Tanda dan
Gejala
Keluhan utama:
·
Batuk-batuk dengan/tanpa
dahak (dahak putih, dapat juga purulen) lebih dari 3 minggu
·
Batuk darah
·
Sesak napas
·
Suara serak
·
Nyeri dada yang persisten
·
Sulit/sakit menelan
·
Benjolan di pangkal leher
·
Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan
dengan rasa nyeri yang hebat.
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala
atau keluhan akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan yang
timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah
tulang. Ada pula gejala dan keluhan tidak khas seperti :
·
Berat badan berkurang
·
Nafsu makan hilang
·
Demam hilang timbul
·
Sindrom paraneoplastik, seperti hypertrophic pulmonary
osteoartheopathy, trombosis vena perifer dan neuropatia.
Penemuan
Pengenalan awal penyakit ini sulit dilakukan bila hanya berdasarkan
keluhan saja. Biasanya keluhan ringan terjadi pada mereka yang masih
dalam stage dini yaitu stage I dan II. Data di Indonesia maupun
laporan negara maju kebanyakan kasus kanker paru terdiagnosis
ketika penyakit telah berada pada stage lanjut (stage III dan IV).
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk pengenalan awal ini, selain
pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan foto toraks dan/atau pemeriksaan
sitologi sputum. Pada foto toraks dapat ditemukan gambaran tumor dengan
tepi yang tidak rata dan penarikan pleura dan bahkan destruksi tulang
dinding dada. Tidak jarang ditemukan gambaran efusi pleura masif
sehingga tumor tidak terlihat. Sitologi sputum akan memberikan
hasil positif jika tumor ada dibagian sentral atau intrabronkus.
Kemajuan di
bidang teknologi endoskopi autoflouresensi telah terbukti dapat
mendeteksi lesi prakanker maupun lesi kanker yang berlokasi sentral.
Perubahan yang ditemukan pada mukosa bronkus pada lesi keganasan
stadium dini sulit dilihat dengan bronkoskop konvensional. Hal itu
dapat diatasi dengan bronkoskop autoflouresensi karena dapat mendeteksi
lesi karsinoma in situ yang mungkin terlihat normal dengan bronkoskop
biasa.

Diagnosis Kanker Paru
Prosedur diagnosis untuk kanker paru dilakukan hingga didapat diagnosis
pasti (jenis histologis) dan dapat ditentukan stage penyakit hingga
dapat dipikirkan modaliti terapi yang tepat. Selain itu
harus dipertimbangkan keadan umum pasien (performance status) dan
kemampuan keuangan.
Prosedur diagnostik untuk mendapatkan sel kanker dapat dilakukan dari
cara paling sederhana hingga tindakan invasif tergantung kondisi
pasien. Pilihan itu antara lain biopsi jarum halus jika ada massa
superfisial, pungsi dan biopsi pleura jika ada efusi pleura,
bronkoskopi disertai dengan bilasan, sikatan, kuretase, biopsi massa
intrabronkus, dll sebagai usaha untuk mendapatkan jenis
histologis.
Prosedur diagnostik untuk menentukan stage penyakit antara lain, foto
toraks, CT-scan toraks sampai kelenjar suprarenal dan
bronkoskopi. Pemeriksaan CT-scan (MRI) kepala dan bone scan dilakukan
jika ada keluhan (atas indikasi) atau pasien yang akan dibedah.
Tumor marker tidak
dilakukan untuk diagnosis kanker paru tetapi hanya bermanfaat untuk
evalausi hasil terapi.
Pada kondisi tertentu diagnosis tidak dapat ditegakkan meskipun telah
dilakukan berbagai prosedur diagnosis, maka torakotomi eksplorasi dapat
dilakukan.
Jenis Histologis Kanker Paru
Jenis Sel Kanker Paru secara umum dibagi atas dua kelompok yaitu :
·
Kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK) atau small cell
lung cancer (SCLC)
·
Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) atau
non-small cell lung cancer (NSCLC), mencakup adenokarsinoma, karsinoma
sel skuamosa, karsinoma sel besar (large cell ca) dan karsinoma
adenoskuamosa. Meskipun kadang ditemukan jenis lain dengan
frekuensi yang sangat jarang misal karsinoid dll.
Staging Kanker Paru
Staging (penderajatan) untuk kanker paru berdasarkan tumor (T) dan
penyebarannya ke getah bening (N) dan organ lain (M).
Stage kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK)
terdiri dari :
·
Stage terbatas (limited) jika hanya melibatkan satu sisi paru
(hemitoraks)
·
Stage luas (extensived) jika sudah meluas dari satu hemitoraks
atau menyebar ke organ lain.
Stage kanker paru jenis
karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) dibagi atas :
Stage 0, IA, IB, IIA, IIB, IIIA, IIIB dan IV yang ditentukan menurut
International Staging System for Lung Cancer 1997, berdasarkan sistem
TNM.
STAGE
Stadium
|
TNM
|
Occult carcinoma
0
IA
IB
IIA
IIB
IIIA
IIIB
IV
|
Tx N0 M0
Tis N0 M0
T1 N0 M0
T2 N0 M0
T1 N1 M0
T2 N1 M0, T3 N0 M0
T1 N2 M0, T2 N2 M0, T3 N1 M0, T3 N2 M0
Sebarang T N3 M0, T4 sebarang N M0
Sebarang T sebarang N M1
|
Kategori TNM untuk Kanker Paru :
T : Tumor
Primer
To : Tidak ada bukti ada tumor
primer
Tx : Tumor primer sulit dinilai,
atau tumor primer terbukti dari penemuan sel tumor ganas pada sekret
bronkopulmoner tetapi tidak tampak secara radiologis atau bronkoskopis.
Tis : Karsinoma in situ
T1 : Tumor dengan garis tengah
terbesar tidak melebihi 3 cm, dikelilingi oleh jaringan paru atau
pleura viseral dan secara bronkoskopik invasi tidak lebih proksimal
dari bronkus lobus (belum sampai ke bronkus utama). Tumor sembarang
ukuran dengan komponen invasif terbatas pada dinding bronkus yang
meluas ke proksimal bronkus utama.
T2 : Setiap tumor dengan ukuran
atau perluasan sebagai berikut :
- Garis tengah terbesar lebih dari 3 cm
- Mengenai bronkus utama sejauh 2 cm atau lebih
distal dari karina, dapat mengenai pleura viseral
- Berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis
obstruktif yang meluas ke daerah hilus, tetapi belum mengenai
seluruh paru.
T3 : Tumor sembarang ukuran, dengan
perluasan langsung pada dinding dada (termasuk tumor sulkus superior),
diafragma, pleura mediastinum atau tumor dalam bronkus utama yang
jaraknya kurang dari 2 cm sebelah distal karina atau tumor yang
berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif seluruh
paru.
T4 : Tumor sembarang ukuran yang
mengenai mediastinum atau jantung, pembuluh besar, trakea, esofagus,
korpus vertebra, karina, tumor yang disertai dengan efusi pleura ganas
atau tumor satelit nodul ipsilateral pada lobus yang sama dengan tumor
primer.
N : Kelenjar getah bening
regional (KGB)
Nx : Kelenjar getah bening
regional tak dapat dinilai
No : Tak terbukti keterlibatan
kelenjar getah bening
N1 : Metastasis pada kelenjar getah
bening peribronkial dan/atau hilus ipsilateral, termasuk perluasan
tumor secara langsung
N2 : Metastasis pada kelenjar getah
bening mediatinum ipsilateral dan/atau KGB subkarina
N3 : Metastasis pada hilus atau
mediastinum kontralateral atau KGB skalenus/supraklavikula
ipsilateral/kontralateral
M : Metastasis (anak sebar)
jauh
Mx : Metastasis tak dapat dinilai
Mo : Tak ditemukan metastasis jauh
M1 : Ditemukan metastasis jauh.
Nodul ipsilateral di luar lobus tumor primer dianggap sebagai M1
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kanker paru dilakukan berdasarkan jenis histologis
kanker, stage penyakit, tampilan umum (performance status) dan
keuangan. Secara umum pilihan terapi untuk KPKBSK adalah combined
modality therapy (multi-modality therapy), berupa bedah, radioterapi
dan kemoterapi dan terapi lain. (lihat bagan Penatalaksaan Kanker Paru
pada lampiran)
Pengobatan Bedah
Hanya diindikasikan untuk KPKBSK stage I atau II atau untuk pengobatan
paliatif yaitu pada kondisi mengancam nyawa misal batuk darah masif,
distres pernapasan karena sindrom vena kava superior, nyeri hebat pada
Pancoast tumor, nyeri hebat pada sindrom pleksus brakialis. Jika
pada saat bedah didapat pembesaran KGB maka semua harus diangkat dan
pada kasus pasca bedah dengan metastasis KGB mediastinal (N2)
dipertimbangkan pemberian radioterapi dan/atau kemoterapi.
Bedah paliatif lain dilakukan oleh dokter bedah syaraf yaitu membuang
tumor metastasis yang berupa soliter nodule di otak dan menimbulkan
gangguan kualitas hidup penderita. Pilihan lain untuk tumor meta
dikepala adalah menggunakan cyber knife yang sudah dapat dilakukan
beberapa senter di Indonesia.
Bedah adalah terapi lokal dan dapat terjadi stage pre-bedah (cTNM)
berbeda dengan diagnosis pasca-bedah. Jika terjadi perbedaan maka
stage yang digunakan adalah stage pasca-bedah (pTNM) dan pilihan terapi
tergantung pada hasil akhir.
Di RS Persahabatan untuk KPKBSK stage IIIA jika memungkinkan diberikan
neoadjuvan therapy yaitu memberikan kemoterapi 2-3 siklus dilakukan
pemeriksaan ulang untuk re-staging jika terjadi down staging atau tetap
maka bedah dilakukan.
Radioterapi
Radioterapi atau iradiasi diberikan pada kasus stage III dan IV KPKBSK,
dapat diberikan tunggal untuk mengatasi masalah di paru (terapi lokal)
atau gabungan dengan kemoterapi. Radioterapi dapat diberikan jika
sistem homeostatik (darah) baik yaitu
·
HB > 10 gr%
·
Leukosit > 4.000/dl
·
Trombosit > 100.000/dl
Dosis untuk kanker primer adalah 5.000 – 6.000 cGy dengan
menggunakan COBALT atau LINAC dengan cara pemberian 200 cGy/x/hari, 5
hari dalam seminggu. Pemberian radiosensitiser dapat lebih meningkatkan
respons irradiasi itu, misalnya dengan memberikan obat anti-kanker
karboplatin, golongan taxan, gemsitabine, capecitabine dengan dosis
sangat kecil sehingga tidak mempunyai efek sistemik. Radioterapi dapat
diberikan sendiri (radiotherapy only) atau kombinasi dengan kemoterapi
(konkuren, sekuensial atau alternating) meskipun sebagai konsekuensinya
toksisiti menjadi lebih banyak dan sangat mengganggu.
Evaluasi toksisiti harus dilakukan setiap setelah pemberian 5x, jika
ditemukan gangguan sistem hemostatik salah satu atau lebih :
·
HB <10 gr%
·
Leukosit < 3.000/dl
·
Trombosit < 100.000/dl
Maka pemberian irradiasi harus dihentikan dulu dan dilakukan
koreksi toksisiti itu dan dapat segera dimulai jika sudah memenuhi
syarat. Toksisiti non-hematologik juga sering timbul dan yang sangat
menganggu pasien adalah esopagitis, batuk akibat pneumonitis radiasi atau
fibrosis. Jika melebihi grade 3 WHO naka irradiasi harus
dipertimbangkan untuk dihentikan.
Evaluasi renspons irradiasi dilakukan setiap setelah pemberian 10x
(1.000 cGy) dengan foto toraks.
·
Respons komplit : tumor menghilang 100%, iradiasi dapat dilanjutkan
sampai selesai
·
Respons sebagian/parsial :
tumor mengecil < 90% tapi > 50%, irradiasi dapat dilanjutkan dan
nilai kembali setelah 10x pemberian berikutnya.
·
Tumor menetap/stabil : tumor
mengecil < 50% atau membesar <25%, irradiasi dapat diteruskan dengan
evalauasi lebih ketat. Jika respons subyektif memburuk atau bertambah irradiasi harus
di hentikan.
·
Progresif : tumor bertambah
besar > 25% atau tumbuh tumor baru maka irradiasi harus dihentikan.
Pemberian
irradiasi untuk KPKSK harus diberikan setelah pasien mendapat
kemoterapi 6 siklus.
Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan pada semua jenis histologis kanker paru.
·
Kemoterapi untuk KPKSK
·
Kemoterapi adalah terapi pilihan untuk KPKSK stage terbatas atau
stage luas. Tambahan radiasi kepala dilakukan
setelah kemoterapi 6 siklus.
·
Kemoterapi untuk
KPKBSK berdasarkan stage. Kemoterapi dapat diberikan pada
semua stage tetapi pada stage I dan II pascabedah kemoterapi ditentukan
berdasarkan stage pascabedah. Kemoterapi untuk KPKBS stage III dan IV merupakan
terapi paliatif. Stage I dan II yang inoperable cases ( PS buruk atau
tidak bersedia di operasi atau ada kontraindikasi untuk operasi)
dapat dianjurkan kemoterapi dan sebaiknya dipertimbangkan pula
radioterapi.
Kemoterapi dapat diberikan jika memenuhi syarat antara
lain: keadaan umum baik skala karnofsky >70), fungsi hati,
ginjal dan sistem homeostatik (darah) baik dan masalah finasial dapat
diatasi. Syarat untuk hemostatik yang memenuhi syarat adalah ;
HB > 10 gr%
Leukosit > 4.000/dl
Trombosit > 100.000/dl
Tampilan umum berdasarkan Skala karnofsky dan WHO
Skala
|
|
Pengertian
|
90 – 100
|
0
|
dapat beraktifiti normal, tanpa keluhan
yang menetap
|
70 - 80
|
1
|
dapat beraktifiti normal tetapi ada
keluhan berhubungan dengan sakitnya
|
50 – 70
|
2
|
membutuhkan bantuan orang lain
untuk melakukan aktifiti yang spesifik
|
30 – 50
|
3
|
sangat bergantung pada bantuan orang lain
untuk aktifiti rutin
|
10 - 30
|
4
|
Tidak dapat bangkit dari tempat tidur
|
Toksisiti kemoterapi
Evaluasi toksisiti non-hematologik segera setelah pemberian kemoterapi
dimulai, toksisiti itu dinilai tingat keparahannya berdasarkan skala
toksisiti WHO sedangkan toksisiti hematologik sebaiknya dilakukan
setiap 1 minggu. Berat ringannya toksisiti akan mempengaruhi jadwal pemberian
kemoterapi berikutnya. Toksisiti non-hematologik yang paling sering
timbul
·
Mual dan muntah
·
Diare
·
Neuropati
·
Alopesia
Toksisiti hematologi grade III/IV harus segera dikoreksi untuk
menghindarkan terjadinya neutropenia fever yaitu demam pada pasien dengan
neutrofil < 1.000/dl. Jadwal kemoterapi akan tertunda jika ditemukan
gangguan sistem hematopoitik
·
HB < 10 gr%
·
Leukosit < 3.000/dl
·
Trombosit < 100.000/dl
Jika setelah dilakukan koreksi nilai batas dapat dicapai maka
kemoterapi dapat segera diberikan. Jadwal kemoterapi sebaiknya jangan
tertunda > 2 minggu.
Rejimen kemoterapi
Kemoterapi untuk kanker paru minimal berupa rejimen yang terdiri dari
lebih dari 1 obat anti-kanker dan diberikan dengan siklus 21 atau 28
hari setiap siklusnya.
Kemoterapi untuk KPKSK diberikan sampai 6 siklus dengan ”cisplatin
based” rejimen yang diberikan :
·
Sisplatin + etoposid
·
Sisplatin + irinotekan (CPT-11)
·
Pada keadaan tertentu sisplatin dapat digantikan dengan
karboplatin dan irinotekan digantikan dengan dosetaksel.
Kemoterapi untuk KPKBSK dapat 6 siklus (pada kasus tertentu diberikan
sampai lebih dari 6 siklus) dengan ”platinum based” rejimen yang
diberikan sebagai terapi lini pertama (first line) adalah :
·
Karboplatin/sisplatin + etoposid
·
Karboplatin/sisplatin + gemsitabin
·
Karboplatin/sisplatin + paklitaksel
·
Karboplatin/sisplatin + dosetaksel
Respons kemoterapi
Respons kemoterapi dapat dinilai dari 2 sisi, dari pasien disebut
dengan respons subyektif dan dari penyakitnya atau tumornya disebut
dengan respons obyektif.
Respons subyektif yaitu menilai respons pada subyektif
Penilaian respons subyektif dilakukan setiap akan memberikan siklus
kemoterapi berikutnya. Respons yang dinilai adalah apakah terjadi
pertambahan berat badan dan/atau penurunan keluhan akibat tumornya.
Respons obyektif yaitu menilai respons pada tumor primernya
Respons obyektif kemoterapi dilakukan minimal setelah pemberian 2
siklus ( H -1 siklus ke 3) dengan foto toraks. CT-scan dilakukan untuk
menilai respons objektif setelah 3 siklus ( H -1 siklus ke 4).
Respons obyektif menggunakan kriteria
·
Respons komplit (CR = complete response) jika tumor hilang 100%
dan menetap dalam 3 minggu
·
Respons sebagian (PR = partial response) jika tumor mengecil
< 90% tetapi > 50% dan menetap dalam 3 minggu
·
Menetap (SD = stable diseases) jika tumor mengecil < 50% atau
membesar < 25% dan menetap dalam 3 minggu
·
Progresif (PD = progressive diseases) jika tumor membesar >
25% atau tumbul tumor atau metastasis baru.
Sikap Untuk Evaluasi Kemoterapi
Penilaian dari evalausi respons kemoterapi harus mewakili respons
subyektif dan obyektif.
Pada KPKSK jika pada evaluasi pertama (setelah pemberian 3 siklus
menjelang pemberian siklus ke-4) terdapat CR/PR kemoterapi dilanjutkan
sampai 6 siklus, jika terdapat SD/PD evaluasi ulang hasil pemeriksan
patologi anatomi, apakah benar KPKSK ??
Pada KPKBSK jika pada evaluasi pertama (setelah pemberian 3 siklus
menjelang pemberian siklus ke-4) terdapat CR/PR atau SD tetapi respons
subyektif baik maka kemoterapi dapat dilanjutkan sampai 6 siklus. Jika
respons kemoterapi PR meskipun respons subyektif baik maka kemoterapi
tetap dapat diberikan dengan memberikan rejimen yang berbeda atau lini
kedua (second line).
Targeted Therapy.
Targeted therapy adalah obat kanker yang menggunakan reseptor untuk
membunuh sel kanker, yang telah digunakan luas saat ini adalah obat
yang bekerja sebagai TKI (tirosin kinase inhibitor). Seperti erlotinib
dan gefitinib, obat golongan ini lebih sederhana cara pemberiannya dan
ringan efek sampingnya, tetapi pemanfaatannya sebagai terapi lini
pertama (first line) masih perlu pembuktian lebih lanjut.
Penggunaan obat obat lain misal imunoterapi, herbal medicine, chinese
traditional medicine, dll masih dalam penelitian dan belum menjadi
standar pengobatan kanker paru.
Daftar Pustaka
·
Jusuf A, Harryanto A, Syahruddin E, Endardjo S, Mudjiantoro S,
Sutandio N. Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil .
Pedoman nasional untuk diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia 2005.
PDPI dan POI, Jakarta, 2005.
·
Syahruddin E. Characteristic patients in Indonesian association
for the study of lung cancer data. In Proceeding book. The 4th
Scientific Respiratory Medicine Meeting. PIPKRA 2006. Departement of
Pulmonology and respiratory Medicine, faculty of Medicine, University
of Indonesia, Jakarta, 2006. p.80-7.
·
Jemal A, Siegel R, Ward E, Murray M, Xu J, Smigal C,
et al. Cancer Statistics, 2006. CA Cancer J Clin 2006; 56:106-130.
·
Practice Guidelines in Oncology Non-small Cell Lung Cancer.
Version 1.2002. National Comprehensive Cancer Network (NCCN). 2002.
·
Practice Guidelines in Oncology Small Cell Lung Cancer. Version
1.2002. National Comprehensive Cancer Network (NCCN). 2002.
·
Scottish Intercollegiate Guidelines network. Management of
patients with lung cancer. A national clinical guidelines. SIGN,
Eidenburg, 2005.
·
National Collaborating Center for Acute Care. Lung cancer: The
diagnosis and treatment of lung cancer. Clinical Effectiveness Unit,
London, 2005.
|
No comments:
Post a Comment