Saturday 26 August 2017

Makalah Kanker Paru-Paru





KANKER PARU-PARU


DI
S
U
S
U
N

OLEH :

RUDI SURYA PUTRA




SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
GETSEMPENA
2009/2010


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Pengertian

            Keganasan di rongga torak mencakup kanker paru, tumor mediastinum, metastasis tumor di paru dan mesotelioma ganas (kegasanan di pleura). Kasus keganasan rongga toraks terbanyak adalah kanker paru. Di dunia, kanker paru merupakan penyebab kematian yang paling utama di antara kematian akibat penyakit keganasan. Laki-laki adalah kelompok kasus terbanyak meskipun angka kejadian pada perempuan cendrung meningkat, hal itu berkaitan dengan gaya hidup (merokok)
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) dan metastasis tumor di paru. Metastasis tumor di paru adalah tumor yang tumbuh sebagai akibat  penyebaran (metastasis) dari tumor primer organ lain.  Definisi khusus untuk  kanker paru primer yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus. Meskipun jarang dapat ditemukan kanker paru primer yang bukan berasal dari epitel bronkus misalnya bronchial gland tumor. Tumor paru jinak yang sering adalah hamartoma
       
B.     Faktor Risiko :
  • Laki-laki,
  • Usia lebih dari 40 tahun
  • Perokok
  • Tinggal/bekerja di lingkungan yang mengandung zat karsinogen atau polusi
  • Paparan industri / lingkungan kerja tertentu
  • Perempuan perokok pasif
  • Riwayat pernah mendapat kanker organ lain atau anggota keluarga dekat yang menderita kanker paru (masih dalam penelitian).
·         Tuberkulosis paru (scar cancer), angka kejadiannya sangat kecil.

C.    Tanda dan Gejala

Keluhan utama :
  • Batuk-batuk dengan/tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen) lebih dari 3 minggu
  • Batuk darah
  • Sesak napas
  • Suara serak
  • Nyeri dada yang persisten
  • Sulit/sakit menelan
  • Benjolan di pangkal leher
  • Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat.
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah tulang. Ada pula gejala dan keluhan tidak khas seperti :
  • Berat badan berkurang
  • Nafsu makan hilang
  • Demam hilang timbul
  • Sindrom paraneoplastik, seperti hypertrophic pulmonary osteoartheopathy, trombosis vena perifer dan neuropatia.

D.    Penemuan
      Pengenalan awal penyakit ini sulit dilakukan bila hanya berdasarkan keluhan saja.
Biasanya keluhan ringan terjadi pada mereka yang masih dalam stage dini yaitu  stage I dan II. Data di Indonesia maupun laporan negara maju kebanyakan kasus kanker paru  terdiagnosis ketika penyakit telah berada pada stage lanjut (stage III dan IV).
            Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk pengenalan awal ini, selain pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan foto toraks dan/atau pemeriksaan sitologi sputum. Pada foto toraks dapat ditemukan gambaran tumor dengan tepi yang tidak rata dan penarikan pleura dan bahkan destruksi tulang dinding dada. Tidak jarang ditemukan gambaran efusi pleura masif sehingga tumor tidak terlihat. Sitologi  sputum akan memberikan hasil positif jika tumor ada dibagian sentral atau intrabronkus.
            Kemajuan di bidang teknologi endoskopi autoflouresensi telah terbukti dapat mendeteksi lesi prakanker maupun lesi kanker yang berlokasi sentral. Perubahan yang ditemukan pada mukosa bronkus pada lesi keganasan stadium dini sulit dilihat dengan bronkoskop konvensional. Hal itu dapat diatasi dengan bronkoskop autoflouresensi karena dapat mendeteksi lesi karsinoma in situ yang mungkin terlihat normal dengan bronkoskop biasa.

E.     Diagnosis Kanker Paru

            Prosedur diagnosis untuk kanker paru dilakukan hingga didapat diagnosis pasti (jenis histologis) dan dapat ditentukan stage penyakit hingga dapat dipikirkan modaliti  terapi  yang tepat. Selain itu harus dipertimbangkan keadan umum pasien (performance status) dan kemampuan keuangan.
            Prosedur diagnostik untuk mendapatkan sel kanker dapat dilakukan dari cara paling sederhana hingga tindakan invasif tergantung kondisi pasien. Pilihan itu antara lain biopsi jarum halus jika ada massa superfisial, pungsi dan biopsi pleura jika ada efusi pleura, bronkoskopi disertai dengan bilasan, sikatan, kuretase, biopsi massa intrabronkus, dan lain-lain sebagai  usaha untuk mendapatkan jenis histologis.
            Prosedur diagnostik untuk menentukan stage penyakit antara lain, foto toraks, CT-scan toraks sampai kelenjar suprarenal dan  bronkoskopi. Pemeriksaan CT-scan (MRI) kepala dan bone scan dilakukan jika ada keluhan (atas indikasi) atau pasien yang akan dibedah.
            Tumor marker tidak dilakukan untuk diagnosis kanker paru tetapi hanya bermanfaat untuk evalausi hasil terapi. Pada kondisi tertentu diagnosis tidak dapat ditegakkan meskipun telah dilakukan berbagai prosedur diagnosis, maka torakotomi eksplorasi dapat dilakukan.

F.     Jenis Histologis Kanker Paru

Jenis Sel Kanker Paru secara umum dibagi atas dua kelompok yaitu :
  • Kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK) atau small cell lung cancer (SCLC)
  • Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) atau non-small cell lung cancer (NSCLC), mencakup adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, karsinoma sel besar (large cell ca) dan karsinoma adenoskuamosa. Meskipun kadang ditemukan jenis lain dengan frekuensi  yang sangat jarang misal karsinoid dll.









BAB II
PENUTUP


A.  Kesimpulan
            Pengenalan awal penyakit ini sulit dilakukan bila hanya berdasarkan keluhan saja. Biasanya keluhan ringan terjadi pada mereka yang masih dalam stage dini yaitu  stage I dan II. Data di Indonesia maupun laporan negara maju kebanyakan kasus kanker paru  terdiagnosis ketika penyakit telah berada pada stage lanjut (stage III dan IV).
            Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk pengenalan awal ini, selain pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan foto toraks dan/atau pemeriksaan sitologi sputum. Pada foto toraks dapat ditemukan gambaran tumor dengan tepi yang tidak rata dan penarikan pleura dan bahkan destruksi tulang dinding dada. Tidak jarang ditemukan gambaran efusi pleura masif sehingga tumor tidak terlihat. Sitologi  sputum akan memberikan hasil positif jika tumor ada dibagian sentral atau intrabronkus.




DAFTAR PUSTAKA

Jusuf A, Harryanto A, Syahruddin E, Endardjo S, Mudjiantoro S, Sutandio N.      Kanker paru jenis   karsinoma bukan sel kecil . Pedoman nasional untuk      diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia 2005. PDPI dan POI,                Jakarta, 2005.
Syahruddin E. Characteristic patients in Indonesian association for the study of     lung cancer data. In Proceeding book. The 4th Scientific Respiratory Medicine Meeting. PIPKRA 2006. Departement of Pulmonology and             respiratory Medicine, faculty of Medicine, University of Indonesia,            Jakarta, 2006. p.80-7.
Jemal A, Siegel R, Ward E, Murray M,   Xu J, Smigal C, et al. Cancer Statistics,    2006. CA Cancer J Clin 2006; 56:106-130.


No comments:

Post a Comment