KANKER PARU-PARU
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
RUDI
SURYA PUTRA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
GETSEMPENA
2009/2010
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Pengertian
Keganasan di rongga torak mencakup kanker paru, tumor mediastinum, metastasis tumor di paru dan mesotelioma ganas (kegasanan di pleura). Kasus keganasan rongga toraks terbanyak adalah kanker paru. Di dunia, kanker paru merupakan penyebab kematian yang paling utama di antara kematian akibat penyakit keganasan. Laki-laki adalah kelompok kasus terbanyak meskipun angka kejadian pada perempuan cendrung meningkat, hal itu berkaitan dengan gaya hidup (merokok)
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit
keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer)
dan metastasis tumor di paru. Metastasis tumor di paru adalah tumor yang tumbuh
sebagai akibat penyebaran (metastasis) dari tumor primer organ
lain. Definisi khusus untuk kanker paru primer yakni tumor ganas
yang berasal dari epitel bronkus. Meskipun jarang dapat ditemukan kanker paru
primer yang bukan berasal dari epitel bronkus misalnya bronchial gland tumor.
Tumor paru jinak yang sering adalah hamartoma
B. Faktor Risiko :
- Laki-laki,
- Usia lebih dari 40 tahun
- Perokok
- Tinggal/bekerja di lingkungan yang mengandung zat karsinogen atau polusi
- Paparan industri / lingkungan kerja tertentu
- Perempuan perokok pasif
- Riwayat pernah mendapat kanker organ lain atau anggota keluarga dekat yang menderita kanker paru (masih dalam penelitian).
·
Tuberkulosis paru (scar cancer), angka kejadiannya sangat kecil.
C. Tanda dan Gejala
Keluhan utama :
- Batuk-batuk dengan/tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen) lebih dari 3 minggu
- Batuk darah
- Sesak napas
- Suara serak
- Nyeri dada yang persisten
- Sulit/sakit menelan
- Benjolan di pangkal leher
- Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat.
Tidak jarang
yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar
paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran
hepar atau patah tulang. Ada pula gejala dan keluhan tidak khas seperti :
- Berat badan berkurang
- Nafsu makan hilang
- Demam hilang timbul
- Sindrom paraneoplastik, seperti hypertrophic pulmonary osteoartheopathy, trombosis vena perifer dan neuropatia.
D.
Penemuan
Pengenalan awal penyakit ini sulit dilakukan bila hanya berdasarkan keluhan saja. Biasanya keluhan ringan terjadi pada mereka yang masih dalam stage dini yaitu stage I dan II. Data di Indonesia maupun laporan negara maju kebanyakan kasus kanker paru terdiagnosis ketika penyakit telah berada pada stage lanjut (stage III dan IV).
Pengenalan awal penyakit ini sulit dilakukan bila hanya berdasarkan keluhan saja. Biasanya keluhan ringan terjadi pada mereka yang masih dalam stage dini yaitu stage I dan II. Data di Indonesia maupun laporan negara maju kebanyakan kasus kanker paru terdiagnosis ketika penyakit telah berada pada stage lanjut (stage III dan IV).
Pemeriksaan yang dapat dilakukan
untuk pengenalan awal ini, selain pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan foto
toraks dan/atau pemeriksaan sitologi sputum. Pada foto toraks dapat ditemukan
gambaran tumor dengan tepi yang tidak rata dan penarikan pleura dan bahkan
destruksi tulang dinding dada. Tidak jarang ditemukan gambaran efusi pleura
masif sehingga tumor tidak terlihat. Sitologi sputum akan memberikan hasil
positif jika tumor ada dibagian sentral atau intrabronkus.
Kemajuan di bidang teknologi
endoskopi autoflouresensi telah terbukti dapat mendeteksi lesi prakanker maupun
lesi kanker yang berlokasi sentral. Perubahan yang ditemukan pada mukosa
bronkus pada lesi keganasan stadium dini sulit dilihat dengan bronkoskop
konvensional. Hal itu dapat diatasi dengan bronkoskop autoflouresensi karena
dapat mendeteksi lesi karsinoma in situ yang mungkin terlihat normal dengan
bronkoskop biasa.
E. Diagnosis Kanker Paru
Prosedur diagnosis untuk kanker paru dilakukan hingga didapat diagnosis pasti (jenis histologis) dan dapat ditentukan stage penyakit hingga dapat dipikirkan modaliti terapi yang tepat. Selain itu harus dipertimbangkan keadan umum pasien (performance status) dan kemampuan keuangan.
Prosedur diagnostik untuk
mendapatkan sel kanker dapat dilakukan dari cara paling sederhana hingga
tindakan invasif tergantung kondisi pasien. Pilihan itu antara lain biopsi
jarum halus jika ada massa superfisial, pungsi dan biopsi pleura jika ada efusi
pleura, bronkoskopi disertai dengan bilasan, sikatan, kuretase, biopsi massa
intrabronkus, dan lain-lain sebagai usaha untuk mendapatkan jenis
histologis.
Prosedur diagnostik untuk menentukan
stage penyakit antara lain, foto toraks, CT-scan toraks sampai kelenjar
suprarenal dan bronkoskopi. Pemeriksaan CT-scan (MRI) kepala dan bone
scan dilakukan jika ada keluhan (atas indikasi) atau pasien yang akan dibedah.
Tumor marker tidak dilakukan untuk
diagnosis kanker paru tetapi hanya bermanfaat untuk evalausi hasil terapi. Pada
kondisi tertentu diagnosis tidak dapat ditegakkan meskipun telah dilakukan
berbagai prosedur diagnosis, maka torakotomi eksplorasi dapat dilakukan.
F. Jenis Histologis Kanker Paru
Jenis Sel Kanker Paru secara umum dibagi atas dua kelompok yaitu :
- Kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK) atau small cell lung cancer (SCLC)
- Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) atau non-small cell lung cancer (NSCLC), mencakup adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, karsinoma sel besar (large cell ca) dan karsinoma adenoskuamosa. Meskipun kadang ditemukan jenis lain dengan frekuensi yang sangat jarang misal karsinoid dll.
BAB II
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengenalan awal penyakit
ini sulit dilakukan bila hanya berdasarkan keluhan saja. Biasanya keluhan
ringan terjadi pada mereka yang masih dalam stage dini yaitu stage I dan
II. Data di Indonesia maupun laporan negara maju kebanyakan kasus kanker
paru terdiagnosis ketika penyakit telah berada pada stage lanjut (stage
III dan IV).
Pemeriksaan yang dapat dilakukan
untuk pengenalan awal ini, selain pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan foto
toraks dan/atau pemeriksaan sitologi sputum. Pada foto toraks dapat ditemukan
gambaran tumor dengan tepi yang tidak rata dan penarikan pleura dan bahkan
destruksi tulang dinding dada. Tidak jarang ditemukan gambaran efusi pleura
masif sehingga tumor tidak terlihat. Sitologi sputum akan memberikan
hasil positif jika tumor ada dibagian sentral atau intrabronkus.
DAFTAR
PUSTAKA
Jusuf A, Harryanto A, Syahruddin E, Endardjo S,
Mudjiantoro S, Sutandio N. Kanker
paru jenis karsinoma bukan sel kecil . Pedoman nasional untuk diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
2005. PDPI dan POI, Jakarta, 2005.
Syahruddin
E. Characteristic patients in Indonesian association for the study of lung cancer data. In Proceeding book. The
4th Scientific Respiratory Medicine
Meeting. PIPKRA 2006. Departement of Pulmonology and respiratory Medicine, faculty of Medicine, University of Indonesia,
Jakarta, 2006. p.80-7.
Jemal
A, Siegel R, Ward E, Murray M, Xu J, Smigal C, et al. Cancer
Statistics, 2006. CA Cancer J Clin
2006; 56:106-130.
No comments:
Post a Comment