M A K A L A H
ELIMINASI
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
Nilawati
DOSEN PEMBIMBING : .............................
AKADEMI KESEHATAN PEMDA
2009/2010
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia
merupakan salah satu makhluk hidup. Dikatakan sebagai makhluk hidup karena manusia
memiliki ciri-ciri diantaranya: dapat bernafas, berkembangbiak, tumbuh,
beradaptasi, memerlukan makan, dan megeluarkan sisa metabolisme tubuh
(eliminasi). Setiap kegiatan yang dilakukan tubuh dikarenakan peranan
masing-masing organ.
Membuang
urine dan alvi (eliminasi) merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus
dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila eliminasi tidak dilakukan setiap
manusia akan menimbulkan berbagai macam gangguan seperti retensi urine,
inkontinensia urine, enuresis, perubahan pola eliminasi urine, konstipasi,
diare dan kembung. Selain berbagai macam yang telah disebutkan diatas akan
menimbulkan dampak pada system organ lainnya seperti: system pencernaan,
ekskresi, dll.
1.2
Tujuan Masalah
1)
Mengetahui prinsip pemenuhan kebutuhan eliminasi.
2)
Mengetahui organ-organ yang berperan dalam eliminasi
3)
Menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi eliminasi
4)
Mengetahui gangguan/masalah kebutuhan eliminasi urine
5)
Mengetahui tindakan mengatasi masalah eliminasi urine
1.3
Rumusan Masalah
1)
Apa saja sistem tubuh yang berperan dalam eliminasi urine dan eliminasi alvi (buang
air besar)?
2)
Bagaimana proses berkemih dan proses buang air besar?
3)
Apa saja faktor yang memengaruhi eliminasi urine dan defekasi (proses buang air
besar)?
4)
Apa saja gangguan atau masalah kebutuhan eliminasi urine dan eliminasi alvi?
5)
Apa saja tindakan untuk mengatasi masalah eliminasi urine dan eliminasi alvi?
BAB
II
PEMBAHASAN
Eliminasi
adalah proses pembuangan sisia metabolisme tubuh baik berupa urine atau alvi
(buang air besar). Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni eliminasi
urine (kebutuhan buang air kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air
besar).
2.1
Organ yang berperan dalam Eliminasi Urine
a.
Ginjal
Merupakan
organ retropenitoneal (di belakang selaput perut) yang terdiri atas ginjal
sebelah kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagi pengatur
komposisi dan volume cairan dalam tubuh.
b.
Kandung kemih (bladder, buli-buli)
Merupakan
sebuah kantung yang terdiri atas otot halus yang berfungsi sebagai
penampung
air seni (urine).
c.
Uretra
Merupakan
organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar.
2.2
Proses Berkemih
Urine
normalia adalah pengeluaran cairan yang prosesnya tergantung pada fungsi organ-organ
eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder dan uretra. Berkemih merupakan
proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Vesika urinaria dapat
menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi ± 250-450 cc (pada orang
dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-anak). Ginjal memindahkan air dari darah
berbentuk urine. Ureter mengalirkan urine ke bladder. Dalam bladder urine
ditampung sampai mencapai batas tertentu. Kemudian dikeluarkan melalui uretra.
Komposisi
urine :
a.
Air (96%)
b.
Larutan (4%)
Larutan
Organik: Urea, ammonia, keratin, dan asam urat
Larutan
Anorganik: Natrium (sodium), klorida, kalium (potasium), sufat, magnesium,
fosfor. Natrium klorida merupakan garam anorganik yang paling banyak.
2.3
Faktor yang Memengaruhi Eliminasi Urine
a.
Diet dan asupan
Jumlah
dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output urine (jumlah
urine). Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk.selain
itu, minum kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
b.
Respon keinginan awal untuk berkemih Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk
berkemih dapat menyebabkan urin banyak tertahan di vesika urinaria, sehingga
memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah pengeluaran urine
c.
Gaya hidup
Perubahan
gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi. Hal ini terkait
dengan tersedianya fasilitas toilet.
d.
Stress psikologis
Meningkatkan
stres dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena
meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang
diproduksi.
e.
Tingkat aktivitas
Eliminasi
urine membutuhkan tonus otot vesika urinearia yang baik untuk fungsi
sphincter.
Kemampuan tonus otot di dapatkan dengan beraktivitas. Hilangnya tonus otot
vesika urinearia dapt menyebabkan
f.
Tingkat perkembangan
Tingkat
pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. Hal tersebut
dapat ditemukan pada anak, yang lebih mengalami mengalami kesulitan untuk
mengontrol buang air kecil. Namun kemampuan dalam mengontrol buang air kecil meningkat dengan bertambahnya usia
g.
Kondisi penyakit
Kondisi
penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes mellitus.
h.
Sosiokultural
Budaya
dapat memegaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur
pada pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat
tertentu.
i.
Kebiasaan seseorang
Seseorang
yang memiliki kebiasaan berkemh di toilet, biasanya mengalami kesulitan untuk
berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
j.
Tonus otot Tonus otot yang berperan penting dlam membantu proses berkemih
adalah otot kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan
dalam kontraksi sebagai pengontrolan pengeluaran urine
k.
Pembedahan
Pembedahan
berefek menurunkan filtrasi glomerulus sebagai dampak dari pemberian obat
anestesi sehingga menyebabkan penurunan jumlah produksi urine.
l.
Pengobatan
Pemberian
tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau penurunan
proses perkemihan.
m.
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan
diagnostik ini juga dapat memengaruhi kebutuhan eliminasi urine,
khususnya
prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih
seperti intra venus pyelogram (IVP).
2.4
Gangguan/Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine
a.
Retensi urine,merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan
kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih.
b.
Inkontinensia urine, merupakan ketidakmampuan otot sphincter eksternal
sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine.
c.
Enuresis, merupakan ketiksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan
tidak mampu mengontrol sphincter eksterna.
d.
Perubahan pola eliminasi urine, merupakan keadaan sesorang yang mengalami
gangguan
pada eliminasi urine karena obstruksi anatomis, kerusakan motorik sensorik, dan
infeksi saluran kemih. Perubahan eliminasi terdiri atas : Frekuensi, Urgensi,
Disuria, Poliuria, Urinaria supresi.
2.5
Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Urine
a.
Pengumpulan Urine untuk Bahan Pemeriksaan
b.
Menolong Buang Air Kecil dengan Menggunakan Urineal
c.
Melakukan kateterisasi
2.6
Pengkajian Eliminasi Urine
a.
Frekuensi
Frekuensi
untuk berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang-orang berkemih
kira-kira 70 % dari urine setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak
memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari. Orang-orang biasanya berkemih
: pertama kali pada waktu bangun tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu
makan.
b.
Volume
Volume
urine yang dikeluarkan sangat bervariasi.
Usia
Jumlah / hari
•1
Hari pertama & kedua dari kehidupan 15 – 60 ml
•2
Hari ketiga – kesepuluh dari kehidupan 100 – 300 ml
•3
Hari kesepuluh – 2 bulan kehidupan 250 – 400 ml
•4
Dua bulan – 1 tahun kehidupan 400 – 500 ml
•5
1 – 3 tahun 500 – 600 ml
•6
3 – 5 tahun 600 – 700 ml
•7
5 – 8 tahun 700 – 1000 ml
•8
8 – 14 tahun 800 – 1400 ml
•9
14 tahun – dewasa 1500 ml
•10
Dewasa tua 1500 ml / kurang
Jika
volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam pada orang
dewasa,
maka perlu lapor.
c.
Warna
Normal
urine berwarna kekuning-kuningan, obat-obatan dapat mengubah warna urine
seperti orange gelap. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi
adanya penyakit.
d.
Bau
Normal
urine berbau aromatik yang memusingka. Bau yang merupakan indikasi adanya
masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu.
e.
Berat jenis
Adalah
berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu volume
yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar. Berat jenis
air suling adalah 1, 009 ml dan normal berat jenis : 1010 – 1025
f.
Kejernihan :
-
Normal urine terang dan transparan
-
Urine dapat menjadi keruh karena ada
mukus atau pus.
g.
pH :
-
Normal pH urine sedikit asam (4,5 – 7,5)
-
Urine yang telah melewati temperatur
ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri
Vegetarian urinennya sedikit alkali.
h.
Protein :
-
Normal : molekul-molekul protein yang
besar seperti : albumin, fibrinogen, globulin, tidak tersaring melalui ginjal -
urine
-
Pada keadaan kerusakan ginjal,
molekul-molekul tersebut dapat tersaring urine
-
Adanya protein didalam urine disebut
proteinuria, adanya albumin dalam urine disebut albuminuria.
i.
Darah :
-
Darah dalam urine dapat tampak jelas
atau dapat tidak tampak jelas.
-
Adanya darah dalam urine disebut
hematuria.
j.
Glukosa :
-
Normal : adanya sejumlah glukosa dalam
urine tidak berarti bila hanya bersifat sementara, misalnya pada seseorang yang makan gula banyak menetap pada
pasien DM
-
Adanya gula dalam urine disebut glukosa
2.7
Sistem yang Berperan dalam Eliminasi Alvi
Sistem
tubuh berperan dalam proses eliminasi alvi (buang air besar) adalah sistem
gastrointestinal
bawah yang meliputi usus halus dan usus besar.
2.8
Proses Buang Air Besar (Defekasi)
Defekasi
adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. Terdapat
dua pusat ang menguasai refleks untuk defekasi, yang terletak di medula dan
sumsum tulang belakang.Secara umum, terdapat dua macam terdapat dua macam
refleks yang membantu proses defekasi yaitu refleks defekasi intrinsic dan
refleks defekasi parasimpatis.
2.9
Gangguan / Masalah Eliminasi Alvi
a.
Konstipasi
Konstipasi
merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko tinggi mengalami statis
usus besar sehingga mengalami eliminasi yang jarang atau keras, serta tinja
yang keluar jadi terlalu kering dan keras.
b.
Diare
Diare
merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami
pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus, mungkin
ada rasa mula dan muntah
c.
Inkontinesia usus
Inkontinesia
usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses
defekasi normal, sehingga mengalami proses pengeluaran feses tidak disadari.
Hal ini juga disebut sebagai inkontinensia alvi yang merupakan hilangnya
kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sphincter
akibat kerusakan sphincter.
d.
Kembung
Kembung
merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas
berlebihan
dalam lambung atau usus
e.
Hemorroid
Hemorrhoid
merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat
peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat disebabkan karena konstipasi,
peregangan saat defekasi dan lain-lain
f.
Fecal Impaction
Fecal
impaction merupakann massa feses karena dilipatan rektum yang diakibatkan oleh
retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan. Penyebab fecal
impaction adalah asupan kurang, aktivitas kurang, diet rendah serat, dan
kelemahan tonus otot.
2.10
Faktor yang Memengaruhi Proses Defekasi
a.
Usia
Setiap
tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi yang
berbeda.
b.
Diet
Diet, pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat memengaruhi proses
defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses
percepatan defekasi dan jumlah yang dikonsumsipun dapat memengaruhinya
c.
Asupan cairan
Pemasukana
cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras. Oleh karena itu,
proses absopsi air yang kurang menyebabkan kesulitan proses defekasi.
d.
Aktivitas
Aktivitas
dapat memengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus otot
abdomen,
pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi
e.
Pengobatan
Pengobatan
juga dapat memengaruhinya proses defekasi, seperti penggunaan laksantif, atau
antasida yang terlalu sering.
f.
Gaya hidup
Kebiasaan
atau gaya hidup dapat memengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pada
seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/ kebiasaan melakukan buang air besar
di tempat yang bersih atau toilet, etika seseorang tersebut buang air besar di
tempat terbuka atau tempat kotor, maka akan mengalami kesulitan dalam proses
defekasi.
h.
Penyakit
Beberapa
penyakit dapat memengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit-penyakit tersebut
berhubungan langsung dengan system pencernaan, seperti gastroenteristis atau
penyakit infeksi lainnya.
i.
Nyeri
Adanya
nyeri dapat memengaruhi kemampuan / keinginan untuk defekasi seperti nyeri pada
kasus hemorrhoid atau episiotomi
j.
Kerusakan sensoris dan motoris
Kerusakan
pada system sensoris dan motoris dapat memengaruhi proses defekasi karena dapat
menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam melakukan defekasi.
2.11
Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Alvi (Buang Air Besar)
a.
Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan
b.
Membantu pasien buang air besar dengan pispot
c.
Memberikan huknah rendah
d.
Memberikan huknah tinggi
e.
Memberikan gliserin
f.
Mengeluarkan feses dengan jari
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kebutuhan
eliminasi terdiri dari atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan buang air
kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar). Organ yang berperan
dalam eliminasi urine adalah: ginjal, kandung kemih dan uretra. Dalam pemenuhan
kebutuhan eliminasi urine terjadi proses berkemih. Berkemih merupakan proses
pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Faktor-faktor yang mempengaruhi
eliminasi urine adalah diet, asupan, respon keinginan awal untuk berkemih
kebiasaan seseorang dan stress psikologi.
Gangguan
kebutuhan eliminasi urine adalah retensi urine, inkontinensia urine dan
enuresis. Dan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah pengumpulan
urine untuk bahan pemeriksaan, buang air kecil dengan urineal dan melakukan
katerisasi. Sedangkan system tubuh yang berperan dalam proses eliminasi alvi
atau buang air besar adalah system gastrointestinal bawah yang meliputi usus
halus dan usus besar. Dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi terjadi proses
defekasi.
Defekasi
adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi alvi antara lain: usia, diet, asupan
cairan, aktifitas, gaya hidup dan penyakit. Gangguan eliminasi alvi adalah
konstipasi, diare, kembung dan hemorrhoid. Tindakan untuk mengatasinya adalah
menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan, membantu pasien buang air besar
dengan pispot dan memberikan gliserin.
3.2
Saran
1.
Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi urine dan alvi dalam
kehidupan kita sehari-hari.
2.
Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urine dan alvi.
No comments:
Post a Comment