Saturday 26 August 2017

Bacillus Anthrachis





BACILLUS ANTHRACHIS

DI
S
U
S
U
N

OLEH :

MUHAMMAD REZA

DOSEN PEMBIMBING : ………………………












SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
GETSEMPENA
2009/2010

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Pengertian
Antraks yaitu penyakit infeksi menular akut yang disebabkan oleh bakteri Bachillus Anthrachis. Penyakit ini biasanya menjangkit hewan ternak, tetapi bisa juga menjangkit manusia yang hidup dekat dengan hewan. Ada 4 jenis antraks yaitu: antraks kulit, antraks pada saluran pencernaan, antraks pada paru-paru, dan antraks meningitis.
Antraks disebut juga malignant pustule, malignant edema, Charbon, Ragpicker disease, atau Woolsorter disease, Radang limfa.

B.     Bacillus Anthrachis

                                               
Bachillus anthrachis termasuk dalam kingdom bacteria, phylum firmicutes, class bacilli, ordo bacilliales, family bacilliaceae, genus bacillus dan species Bacillus anthracis. Bakteri gram positif ini mempunyai ukuran m. Berbentuk batang lurus dengan susunan dua-dua atau mm x 1-1.2 m3-5 seperti rantai. Dinding sel dari bakteri ini merupakan polisakarida somatik yang terdiri dari N-asetilglukosamin dan D-galaktosa.
Selanjutnya, dalam sel bakteri antraks ini juga terdapat eksotoksin kompleks yang terdiri atas protective Ag (PA), lethal factor (LF), dan oedema factor (EF). Peran ketigannya itu terlihat sekali dalam menimbulkan gejala penyakit antraks. Tepatnya, ketiga komponen dari eksotoksin itu berperan bersama-sama. Protective Ag berfungsi untuk mengikat reseptor dan selanjutnya lethal factor. Sedangkan oedema factor akan memasuki sistem sel dari bakteri. Oedema factor merupakan adenilsiklase yang mampu meningkatkan cAMP sitoplasma sel, sedangkan fungsi spesifik dari lethal factor masih belum diketahui.
C.     Pertahanan Hidup

                                               
Dalam mempertahankan siklus hidupnya, Bacillus anthracis membentuk dua sistem pertahanan, yaitu kapsul dan spora. Dua bentuk inilah, terutama spora yang menyebabkan Bacillus anthracis dapat bertahan hidup hingga puluhan tahun lamanya. Sedangkan kapsul merupakan suatu lapisan tipis yang menyelubungi dinding luar dari bakteri.
Kapsul ini terdiri atas polipeptida berbobot molekul tinggi yang mengandung asam D-glutamat dan merupakan suatu hapten. Bacillus anthracis dapat membentuk kapsul pada rantai yang berderet. Pada media biasa, kapsul Bacillus anthracis tidak terbentuk kecuali pada galur Bacillus anthracis yang ganas.
Lebih jauh, bakteri ini akan membentuk kapsul dengan baik jika terdapat pada jaringan hewan yang mati atau pada media khusus yang mengandung natrium bikarbonat dengan konsentrasi karbondioksida (CO2) 5 persen. Kapsul inilah yang berperan dalam penghambatan fagositosis oleh sistem imun tubuh, dan juga dapat menentukan derajat keganasan atau virulensi bakteri.
Selain itu, Bacillus anthracis juga membentuk spora sebagai bentuk resting cells. Pembentukan spora akan terjadi apabila nutrisi esensial yang diperlukan tidak memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan, prosesnya disebut sporulasi. Spora berbentuk elips atau oval, letaknya sentral dengan diameter tidak lebih dari diameter bakteri itu sendiri. Spora Bacillus anthracis ini tidak terbentuk pada jaringan atau darah binatang yang hidup, spora tersebut tumbuh dengan baik di tanah maupun pada eksudat atau jaringan hewan yang mati karena antraks.
Di sinilah keistimewaan bakteri ini, apabila keadaan lingkungan sekitar menjadi baik kembali atau nutrisi esensial telah terpenuhi, spora akan berubah kembali menjadi bentuk bakteri. Spora-spora ini dapat terus bertahan hidup selama puluhan tahun dikarenakan sulit dirusak atau mati oleh pemanasan atau bahan kimia tertentu, sehingga bakteri tersebut bersifat dormant, hidup tapi tak berkembang biak.
Spora antraks tahan terhadap cuaca panas dan dingin dan akan aktif setelah masuk kedalam tubuh hewan. Pada tanah kering, spora akan bertahan selama 60 tahun. C (suhu air mendidih) dalam waktu 10°Spora akan mati pada suhu 100 menit, pada karbol 5% dalam waktu 40 hari, pada formalin 10% dalam waktu 4 jam, dan pada hidrogen peroksida dalam waktu 1jam.
Kuman antraks dapat tumbuh optimal pada media umum di labiratorium, misalnya C dan pH°pada media agar bernutrisi atau media agar darah pada suhu 37 7-7,4. Bakteri vegetatif mudah mati oleh antibiotik, disinfektan, atau C dalam waktu 30 menit.²° antiseptik. Kuman mati pada suhu 54

D.    Penularan
Penularan antraks pada manusia biasanya melalui cara-cara berikut :
1)            Kontak dengan kulit manusia yang lesi, lecet, atau abrasi;
2)            Mengonsumsi daging yang terkontaminasi kuman vegetatif atau spora melalui tangan;
3)             Menghisap spora di tempat kerja yang berkaitan dengan produk hewan;
4)             Digigit serangga yang baru saja mengigit hewan infektif (jarang).
Spora hasil rekayasa genetik dapat dikirimkan melalui surat dan produk pos m bisa melewati pori-pori amplop
mlainnya. Spora yang berukuran 1-3 m. Dengan demikian, spora akan berhamburan m10 ± kertas yang besarnya  jika amplop digoyang atau digerakkan, dan spora tersebut bisa terhisap atau menempel pada tangan manusia.

E.     Patogenesis
            Setelah endospora masuk ke dalam tubuh manusia, melalui luka pada kulit, inhalasi (ruang alveolar) atau makanan (mukosa gastrointestinal), kuman akan difagosit oleh makrofag dan dibawa ke kelenjar getah bening regional. Pada antraks kutaneus dan gastrointestinal terjadi germinasi tingkat rendah di lokasi primer yang menimbulkan edema lokal dan nekrosis. Endospora akan mengalami germinasi di dalam makrofag menjadi bentuk vegetatif. Bentuk vegetatif akan keluar dari makrofag, berkembang biak di dalam sistem limfatik, mengakibatkan limfadenitis hemoragik regional, kemudian masuk ke dalam sirkulasi, dan menyebabkan septikemia.
            Faktor virulensi utama B.anthracis dicirikan (encoded) pada dua plasmid virulen yaitu pXO1 dan pXO2. Plasmid pXO1 mengandung gen yang memproduksi kompleks toksin antraks berupa faktor letal, faktor edema, dan antigen protektif. Antigen protektif merupakan komponen yang berguna untuk berikatan dengan reseptor toksin antraks (ATR = Anthrax Toxin Receptor) di permukaan sel. Setelah berikatan dengan reseptor maka oleh furin protease permukaan sel, antigen protektif yang berukuran 83-kDa itu membelah menjadi bentuk 63-kDa dan selanjutnya bentuk itu akan mengalami oligomerisasi menjadi bentuk heptamer.
            Pembelahan antigen protektif diperlukan agar tersedia tempat pengikatan FL dan atau FE. Antigen protektif yang telah mengalami pembelahan, bersama reseptornya akan melakukan pengelompokan ke dalam lipid rafts sel kemudian mengalami endositosis. Melalui lubang yang terbentuk terjadilah translokasi FE dan FL ke dalam sitosol yang selanjutnya dapat menimbulkan edema, nekrosis, dan hipoksia. FE merupakan calmodulin-dependent adenylate cyclase yang mengubah adenosine triphosphate (ATP) menjadi cy-clic adenosine monophosphate (cAMP) yang menyebabkan edema. FE menghambat fungsi netrofil dan aktivitas oksidatif sel polimormonuklear (PMN). FL merupakan zinc metal-loprotease yang menghambat aktifitas mitogen-activated protein kinase kinase (MAPKK) in vitro dan dapat menyebabkan hambatan signal intraselular.
BAB II
PENUTUP


A.  Kesimpulan
Bachillus anthrachis termasuk dalam kingdom bacteria, phylum firmicutes, class bacilli, ordo bacilliales, family bacilliaceae, genus bacillus dan species Bacillus anthracis. Bakteri gram positif ini mempunyai ukuran m. Berbentuk batang lurus dengan susunan dua-dua atau mm x 1-1.2 m3-5 seperti rantai. Dinding sel dari bakteri ini merupakan polisakarida somatik yang terdiri dari N-asetilglukosamin dan D-galaktosa.
Selanjutnya, dalam sel bakteri antraks ini juga terdapat eksotoksin kompleks yang terdiri atas protective Ag (PA), lethal factor (LF), dan oedema factor (EF). Peran ketigannya itu terlihat sekali dalam menimbulkan gejala penyakit antraks. Tepatnya, ketiga komponen dari eksotoksin itu berperan bersama-sama. Protective Ag berfungsi untuk mengikat reseptor dan selanjutnya lethal factor. Sedangkan oedema factor akan memasuki sistem sel dari bakteri. Oedema factor merupakan adenilsiklase yang mampu meningkatkan cAMP sitoplasma sel, sedangkan fungsi spesifik dari lethal factor masih belum diketahui.


DAFTAR PUSTAKA


Pohan, Herdiman T.2005.Patogenesis, Diagnosis dan Penatalaksanaan Antraks.     Majalah Kedokteran Indonesia.

Widoyono.2002. Penyakit Tropis : epidemiologi, penularan, pencegahan, dan         pemberantasannya.Erlangga Medical Series. Jakarta














DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
             A. Pengertian.......................................................................................... 1
             B. Bacillus Anthrachis............................................................................ 2
             C. Pertahanan Hidup.............................................................................. 2
             D. Penularan  ......................................................................................... 4
             E. Patogenesis......................................................................................... 4

BAB  II. PENUTUP.......................................................................................... 6

               A. Kesimpulan...................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 7

No comments:

Post a Comment