KANKER USUS
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
Nilawati
DOSEN
PEMBIMBING : SAFRIL, M. Pd
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
GETSEMPENA
2009/2010
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Pengertian
Kanker usus
adalah salah satu jenis kanker yang
cukup sering ditemui, utamanya pada pria dan wanita berusia 50 tahun atau
lebih. Pada pria, kanker usus menempati urutan ketiga sebagai kanker tersering
yang ditemui setelah kanker prostat dan paru-paru. Sementara pada wanita,
kanker ini pun menempati urutan ketiga setelah kanker payudara dan paru-paru.
''Dari berbagai laporan, di Indonesia terdapat kenaikan jumlah kasus (kanker usus),
meskipun belum ada data yang pasti. Data di Departemen Kesehatan didapati angka
1,8 per 100 ribu penduduk,'' tutur dokter Adil S Pasaribu, SpB KBD, spesialis
bedah dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta.
Kanker usus
adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus atau rektum.
Kebanyakan kanker usus berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau
adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat
cepat).
Pada
stadium awal, adenoma dapat diangkat dengan mudah. Hanya saja pada stadium awal
ini, seringkali adenoma tidak menampakkan gejala apapun, sehingga tidak
terdeteksi dalam waktu yang relatif lama. Padahal, adenoma yang awalnya tak
menimbulkan keluhan apapun ini, pada suatu saat bisa berkembang menjadi kanker
yang menggerogoti semua bagian dari usus.
Gejala awal
yang tidak khas ini membuat banyak penderita kanker usus datang ke rumah sakit ketika perjalanan
penyakit sudah demikian lanjut. Upaya pengobatan pun menjadi sulit. Padahal,
seperti dikatakan Ketua Perhimpunan Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, dokter
Aru Sudoyo SpPD KHOM, kunci utama keberhasilan penanganan kanker usus adalah
ditemukannya kanker dalam stadium dini, sehingga terapi dapat dilaksanakan
secara bedah kuratif. Sayangnya, hal seperti ini sangat jarang.
Jika kanker
usus ditemukan pada stadium I, peluang penderita untuk hidup hingga lima tahun
mencapai 85-95 persen. Sementara bila ditemukan pada stadium II, peluang itu
mencapai 60-80 persen, pada stadium III sekitar 30-60 persen, dan stadium IV
sekitar 25 persen. ''Ini artinya, bila ada 100 penderita kanker usus stadium IV, maka yang masih hidup sampai lima
tahun hanya lima orang,''
B. Deteksi dini
Untuk
menghindari kemungkinan terburuk, deteksi dini merupakan hal yang sangat
penting. ''Deteksi dini atau skrining terhadap kanker ini, dapat menyelamatkan
hidup''. Dengan deteksi dini dapat ditemukan adanya polip prakanker, yaitu
suatu pertumbuan abnormal pada usus atau
rektum yang dapat segera dibuang sebelum berubah menjadi kanker. ''Jika semua
orang yang berumur 50 tahun atau lebih melakukan skrining secara teratur, maka
sebanyak 60 persen kematian akibat kanker kolorektal dapat dihindari''.
Deteksi
dini adalah investigasi pada individu asimtomatik (tanpa gejala) yang bertujuan
untuk mendeteksi adanya penyakit pada stadium dini sehingga dapat dilakukan
terapi kuratif. Secara umum, deteksi dini dapat dilakukan pada dua kelompok,
yaitu populasi umum dan kelompok risiko tinggi. Deteksi dini pada kelompok
populasi umum dilakukan kepada individu yang berusia di atas 40 tahun.
Sedangkan mereka yang tergolong kelompok berisiko tinggi, antara lain adalah
mereka yang pernah menjalani polipektomi untuk adenoma di usus, dan orang-orang
yang berasal dari keluarga dengan riwayat penyakit ini. Terkait dengan
riwayat keluarga, Anda tak perlu khawatir berlebihan jika berasal dari keluarga
yang memiliki riwayat kanker usus.
C. Penyebab dan gejala
Sejauh ini,
penyebab kanker usus memang belum diketahui secara pasti. Hanya saja, ada
beberapa hal yang diduga kuat berpotensi memunculkan penyakit ganas ini, yaitu:
cara diet yang salah (terlalu banyak mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan
protein, serta rendah serat), obesitas (kegemukan), pernah terkena kanker usus,
berasal dari keluarga yang memiliki riwayat kanker usus, pernah memiliki polip
di usus, umur (risiko meningkat pada usia di atas 50 tahun), jarang melakukan
aktivitas fisik, sering terpapar bahan pengawet makanan maupun pewarna yang bukan
untuk makanan, dan merokok.
Dalam buku Panduan
Pengelolaan Adenokarsinoma Kolorektal disebutkan bahwa meskipun penelitian
awal tidak menunjukkan hubungan merokok dengan kejadian kanker usus, namun
penelitian terbaru menunjukkan, perokok jangka lama (30-40 tahun) mempunyai
risiko berkisar 1,5-3 kali. Diperkirakan, satu dari lima kasus kanker usus di
Amerika Serikat bisa diatributkan kepada perokok. Penelitian kohort dan
kasus-kontrol dengan desain yang baik menunjukkan, merokok berhubungan dengan
kenaikan risiko terbentuknya adenoma dan juga kenaikan risiko perubahan adenoma
menjadi kanker usus. ''Karena itu untuk mencegah kejadian kejadian kanker usus dianjurkan untuk tidak merokok''. Mengenai
gejala kanker usus, beberapa hal yang kerap dikeluhkan para penderita,
yaitu:
*
|
Perdarahan
pada usus yang ditandai dengan
ditemukannya darah pada feses saat buang air besar.
|
*
|
Perubahan pada
fungsi usus (diare atau sembelit) tanpa sebab yang jelas, lebih dari enam
minggu.
|
*
|
Penurunan
berat badan tanpa sebab yang jelas.
|
*
|
Rasa sakit di
perut atau bagian belakang.
|
*
|
Perut masih
terasa penuh meskipun sudah buang air besar.
|
*
|
Rasa lelah
yang terus-menerus
|
*
|
Kadang-kadang
kanker dapat menjadi penghalang dalam usus yang tampak pada beberapa gejala seperti
sembelit, rasa sakit, dan rasa kembung di perut.
|
Untuk menangani kanker usus, terapi bedah
merupakan cara yang paling efektif, utamanya bila dilakukan pada penyakit yang
masih terlokalisir. Namun, bila sudah terjadi metastasis (penyebaran),
penanganan menjadi lebih sulit. Tetapi, dengan berkembangnya kemoterapi dan
radioterapi pada saat ini, memungkinkan penderita stadium lanjut atau pada
kasus kekambuhan untuk menjalani terapi adjuvan. Terapi adjuvan adalah
kemoterapi yang diberikan setelah tindakan operasi pada pasien kanker stadium
III guna membunuh sisa-sisa sel kanker.
Saat ini, terapi adjuvan bisa dilakukan
tanpa suntik (infus), melainkan dengan oral/tablet (Capacitabine). Ketersediaan
capacitabine tablet memungkinkan pasien untuk menjalani kemoterapi di rumah
yang tentu saja efektivitasnya lebih baik. ''Capacitabine juga merupakan
kemoterapi oral yang aman dan bekerja sampai ke sel kanker''.
D. Jurus Menangkal Kanker Usus
Mencegah jauh lebih baik ketimbang
mengobati. Hal itu juga berlaku pada kanker usus. Agar tak sampai terjamah
penyakit mematikan ini, lakukan upaya pencegahan. Simak tips pencegahan dari
dokter Adil S Pasaribu SpB KBD berikut ini:
*
|
Hindari
makanan tinggi lemak, protein, kalori, serta daging merah. Jangan lupakan konsumsi kalsium dan asam folat.
|
*
|
Setelah
menjalani polipektomi adenoma disarankan pemberian suplemen kalsium.
|
*
|
Disarankan
pula suplementasi vitamin E, dan D.
|
*
|
Makan buah dan
sayuran setiap hari.
|
*
|
Pertahankan
Indeks Massa Tubuh antara 18,5 - 25,0 kg/m2 sepanjang hidup.
|
*
|
Lakukan
aktivitas fisik, semisal jalan cepat paling tidak 30 menit dalam sehari.
|
*
|
Hindari kebiasaan merokok.
|
*
|
Segera lakukan
kolonoskopi dan polipektomi pada pasien yang ditemukan adanya polip.
|
*
|
Lakukan
deteksi dini dengan tes darah samar sejak usia 40 tahun.
|
BAB II
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penyebab kanker usus besar memang belum
diketahui secara pasti. Hanya saja, ada beberapa hal yang diduga kuat
berpotensi memunculkan penyakit ganas ini, yaitu: cara diet yang salah (terlalu
banyak mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan protein, serta rendah serat),
obesitas (kegemukan), pernah terkena kanker usus besar, berasal dari keluarga
yang memiliki riwayat kanker usus besar, pernah memiliki polip di usus, umur
(risiko meningkat pada usia di atas 50 tahun), jarang melakukan aktivitas
fisik, sering terpapar bahan pengawet makanan maupun pewarna yang bukan untuk
makanan, dan merokok.
Dalam buku Panduan Pengelolaan
Adenokarsinoma Kolorektal disebutkan bahwa meskipun penelitian awal tidak
menunjukkan hubungan merokok dengan kejadian kanker usus besar, namun
penelitian terbaru menunjukkan, perokok jangka lama (30-40 tahun) mempunyai
risiko berkisar 1,5-3 kali. Diperkirakan, satu dari lima kasus kanker usus
besar di Amerika Serikat bisa diatributkan kepada perokok. Penelitian kohort
dan kasus-kontrol dengan desain yang baik menunjukkan, merokok berhubungan
dengan kenaikan risiko terbentuknya adenoma dan juga kenaikan risiko perubahan
adenoma menjadi kanker usus besar. Karena itu untuk mencegah kejadian kejadian
kanker usus besar dianjurkan untuk tidak merokok.
DAFTAR
PUSTAKA
Wiknjosastro Hanifa, DSOG., Prof. dr., dkk. Ilmu Kebidanan. Ed.
Ketiga. Cetakan Keempat.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohaijo,
1997; 24 : 281-301.
No comments:
Post a Comment