Saturday 26 August 2017

Teknik Penulisan Karya Ilmiah




TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH

DI
S
U
S
U
N

OLEH :
Nilawati
MIRNA MARDIANA
NURLIA
DEWI AGUSTINA
ERLINAWATI
NURJANNAH
RUDI SURYA PUTRA
HASAN

DOSEN PEMBIMBING : SAFRIL, M. Pd





SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
GETSEMPENA
2009/2010
BAB I
TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH

A.    Pendahuluan
Teknik Penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yaitu gaya penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah, serta teknik notasi dalam menyebutkan sumber dari ilmu pengetahuan yang digunakan dalam penulisan. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang teknik notasi ilmiah. Di samping itu juga akan dijelaskan cara menyusun sumber pustaka dengan mentabulasikan semua sumber bahan yang dibaca, baik yang sudah dipublikasikan maupun yang belum dipublikasikan
Penulisan ilmiah di samping harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, juga harus dapat menggunakan bahasa itu sebagai sarana komunikasi ilmu. Penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam tulis-menulis, harus pula ditunjang oleh penerapan peraturan ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia, yaitu Ejaan Yang Disempurnakan.
Di samping penggunaan bahasa, penulis dituntut untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang berhubungan dengan teknik penulisan ilmiah. Persyaratan itu menyangkut cara mengutip, cara membuat catatan kaki, cara menyingkat catatan kaki, dan cara menyusun sumber bacaan menjadi daftar bacaan.

B.     Penggolongan Karangan Menurut Bobot Isinya
Berdasarkan bobot isinya, karangan dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu (1) karangan ilmiah, (2) karangan semi ilmiah atau ilmiah populer, dan (3) karangan non ilmiah. Yang tergolong kedalam ilmiah antara lain adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi, yang tergolong karangan semi ilmiah antara lain adalah artikel, editorial, opini, feature, reportase, yang tergolong kedalam karangan nonilmiah antara lain adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, novel, roman, dan naskah drama (Finoza, 2006:212-213).
Ketiga jenis karangan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Karangan ilmiah memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut metode dan penggunaan bahasa. Kebalikan dari karangan ilmiah adalah karangan nonilmiah, yaitu karangan yang tidak terikat pada aturan baku, sedangkan karangan semiilmiah berada diantara keduanya.
Antara karangan ilmiah dan karangan ilmiah populer tidak banyak perbedaan mendasar. Perbedaan yang paling jelas hanya pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dibidang ilmu tertentu, dalam karangan ilmiah populer bahasa yang terlalu teknis tersebut cenderung dihindari (Brotowdjono, 2002; Finoza:2006). Dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan ilmiah populer agak longgar, meskipun agak sistematis.


C.    Konsep dan Ciri Karangan Ilmiah
            Karangan ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan melalui bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis, dan sintesis-analitis. Karangan ilmiah bersifat sistematis dan tidak emotif. Dalam karangan ilmiah disajikan kebenaran fakta.
Ciri-ciri karangan ilmiah dapat dikemukakan sebagai berikut :
1)      Karangan ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual obyektif). Artinya, faktanya sesuai dengan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiris. Objektif mengandung pengertian adanya sikap jujur dan tidak memihak, serta memakai ukuran umum dalam menilai sesuatu, bukan ukuran yang subjektif. Objektifitas tersebut lah yang membuat kebenaran ilmiah berlaku umum dan universal. Dengan kata lain, kebenaran ilmiah harus dapat dibuktikan melalui eksperimen bahwa dengan kondisi dan metode yang sama dapat dihasilkan kesimpulan yang sama pula.
2)      Tulisan ilmiah bersatu metodis dan sistematis. artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur (sistematis) dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
3)      Dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan laras ilmiah. Laras ilmiah harus baku dan formal. Selain itu, laras ilmiah bersifat lugas agar tidak menimbulkan penafsiran dan makna ganda (ambigu). Ciri laras ilmiah adalah menggunakan istilah spesifik yang berlaku khusus dalam disiplin ilmu masing-masing.
            Disisi lain, bahasa merupakan alat yang cukup penting dalam karangan ilmiah. Langkah poertama dalam menulis karangan ilmiah yang baik adalah menggunakan tata bahasa yang benar (Suriasumantri, 1986:58). Apabila bahasa yang dipakai kurang cermat, karangan bukan saja sukar dipahami, melainkan juga mudah menimbulkan salah pengertian. Bahasa karangan  yang kacau menggambarkan kekacauan pikiran penulisnya (Surakhman dalam Finoze, 2006:215).
            Selain persyaratan kebahasaan, (menurut Keraf, 1980:229) sebuah tulisan ilmiah menuntut adanya persyaratan material dan persyaratan formal. Persyaratan material mencakup adanya topik yang dibicarakan, tema yang menjadi tujuan atau sasaran penulisan, alinea yang merangkaikan pokok-pokok pembicaraan, serta  kalimat-kalimat yang mengungkapkan dan mengembangkan pokok-pokok pembicaraan. Persyaratan formal adalah tata bentuk karangan.
            Tata bentuk karangan mencakup tiga bagian karangan, yaitu (1) halaman-halaman awal yang meliputi judul, kata pengantar, aneka daftar (daftar isi, daftar tabel/bagan/lampiran; (2) isi utama yang meliputi pendahuluan, isi, dan penutup; dan (3) halaman-halaman akhir yang meliputi daftar pustaka, lampiran, dan biodata penulis.
D.    Topik dan Judul
            Topik berarti pokok pembicaraan, pokok permasalahan, atau masalah yang dibicarakan. Topik karangan adalah suatu yang akan digarap menjadi karangan. Topik karangan merupakan jawaban atas pertanyaan Masalah apa yang akan ditulis?
            Jika seseorang akam mengarang, ia terlebih dahulu harus memilih dan menetapkan topik karangannya. Banyak permasalahan disekitar kita yang dapat dijadikan topik karangan. Ciri khas topik terletak pada permasalahannya yang bersifat umum dan belum terurai, tetapi tidak abstrak. Topik harus tentang sesuatu yang nyata.
            Judul karangan pada dasarnya adalah perincian atau penjabaran dari topik. Jika dibandingkan dengan topik, judul lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas. Memang topik seperti ekonomi, arsitektur, hukum, komputer, listrik, manajemen, boleh saja dijadikan judul karangan, tetapi judul tidaklah harus sama dengan topik. Jika topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangannya akan bersifat umum dan ruang lingkupnya juga sangat luas. Judul karangan sedapat-dapatnya singkat dan padat, menarik perhatian, serta menggambarkan secara garis besar inti pembahasan
            Dalam penggarapan karangan ilmiah, misalnya tesis, judul memang ditetapkan pada awal proses penulisan, yaitu pada waktu pengajuan outline. Namun, perlu diketahui bahwa proses pembuatan judul itu sebenarnya tetap berawal dari pemilihan topik. Dalam hal ini, disiplin ilmu, jurusan, bidang spesifikasi/kajian yang diambil oleh mahasiswa penyusun tesis itulah yang menjadi topik tesisnya.


BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan bobot isinya, karangan dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu (1) karangan ilmiah, (2) karangan semi ilmiah atau ilmiah populer, dan (3) karangan non ilmiah. Yang tergolong kedalam ilmiah antara lain adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi, yang tergolong karangan semi ilmiah antara lain adalah artikel, editorial, opini, feature, reportase, yang tergolong kedalam karangan nonilmiah antara lain adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, novel, roman, dan naskah drama.
Antara karangan ilmiah dan karangan ilmiah populer tidak banyak perbedaan mendasar. Perbedaan yang paling jelas hanya pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dibidang ilmu tertentu, dalam karangan ilmiah populer bahasa yang terlalu teknis tersebut cenderung dihindari. Dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan ilmiah populer agak longgar, meskipun agak sistematis.




DAFTAR PUSTAKA


Brotowidjoyo, Mukayat D. 2002. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta : Akademi         Pressindo

Depdiknas UNM. 2003. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang : Biro   Administrasi Akademik, Perencanaan, dan Sistem Informasi.

No comments:

Post a Comment