TEKNIK PENULISAN
KARYA ILMIAH
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
Nilawati
MIRNA MARDIANA
NURLIA
DEWI AGUSTINA
ERLINAWATI
NURJANNAH
RUDI SURYA PUTRA
HASAN
DOSEN PEMBIMBING : SAFRIL, M. Pd
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
GETSEMPENA
2009/2010
BAB I
TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH
A.
Pendahuluan
Teknik Penulisan ilmiah mempunyai dua
aspek yaitu gaya penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah, serta teknik notasi
dalam menyebutkan sumber dari ilmu pengetahuan yang digunakan dalam penulisan.
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang teknik notasi ilmiah. Di samping itu
juga akan dijelaskan cara menyusun sumber pustaka dengan mentabulasikan semua
sumber bahan yang dibaca, baik yang sudah dipublikasikan maupun yang belum
dipublikasikan
Penulisan
ilmiah di samping harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, juga
harus dapat menggunakan bahasa itu sebagai sarana komunikasi ilmu. Penggunaan
bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam tulis-menulis, harus pula
ditunjang oleh penerapan peraturan ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia,
yaitu Ejaan Yang Disempurnakan.
Di samping penggunaan bahasa, penulis dituntut untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang berhubungan dengan teknik penulisan ilmiah. Persyaratan itu menyangkut cara mengutip, cara membuat catatan kaki, cara menyingkat catatan kaki, dan cara menyusun sumber bacaan menjadi daftar bacaan.
Di samping penggunaan bahasa, penulis dituntut untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang berhubungan dengan teknik penulisan ilmiah. Persyaratan itu menyangkut cara mengutip, cara membuat catatan kaki, cara menyingkat catatan kaki, dan cara menyusun sumber bacaan menjadi daftar bacaan.
B.
Penggolongan Karangan Menurut Bobot Isinya
Berdasarkan
bobot isinya, karangan dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu (1) karangan
ilmiah, (2) karangan semi ilmiah atau ilmiah populer, dan (3) karangan non
ilmiah. Yang tergolong kedalam ilmiah antara lain adalah laporan, makalah,
skripsi, tesis, disertasi, yang tergolong karangan semi ilmiah antara lain
adalah artikel, editorial, opini, feature, reportase, yang tergolong kedalam
karangan nonilmiah antara lain adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, novel,
roman, dan naskah drama (Finoza, 2006:212-213).
Ketiga
jenis karangan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Karangan ilmiah
memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut metode dan
penggunaan bahasa. Kebalikan dari karangan ilmiah adalah karangan nonilmiah,
yaitu karangan yang tidak terikat pada aturan baku, sedangkan karangan
semiilmiah berada diantara keduanya.
Antara karangan
ilmiah dan karangan ilmiah populer tidak banyak perbedaan mendasar. Perbedaan
yang paling jelas hanya pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi
karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dibidang ilmu
tertentu, dalam karangan ilmiah populer bahasa yang terlalu teknis tersebut
cenderung dihindari (Brotowdjono, 2002; Finoza:2006). Dari segi sistematika
penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi
secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan ilmiah populer agak longgar,
meskipun agak sistematis.
C.
Konsep dan Ciri Karangan Ilmiah
Karangan
ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang
dikomunikasikan melalui bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis, dan
sintesis-analitis. Karangan ilmiah bersifat sistematis dan tidak emotif. Dalam
karangan ilmiah disajikan kebenaran fakta.
Ciri-ciri
karangan ilmiah dapat dikemukakan sebagai berikut :
1)
Karangan
ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual obyektif).
Artinya, faktanya sesuai dengan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus
dibuktikan dengan pengamatan atau empiris. Objektif mengandung pengertian
adanya sikap jujur dan tidak memihak, serta memakai ukuran umum dalam menilai
sesuatu, bukan ukuran yang subjektif. Objektifitas tersebut lah yang membuat
kebenaran ilmiah berlaku umum dan universal. Dengan kata lain, kebenaran ilmiah
harus dapat dibuktikan melalui eksperimen bahwa dengan kondisi dan metode yang
sama dapat dihasilkan kesimpulan yang sama pula.
2)
Tulisan
ilmiah bersatu metodis dan sistematis. artinya, dalam pembahasan masalah
digunakan metode atau cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur
(sistematis) dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan
penentuan strategi.
3)
Dalam
pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan laras ilmiah. Laras ilmiah harus baku
dan formal. Selain itu, laras ilmiah bersifat lugas agar tidak menimbulkan
penafsiran dan makna ganda (ambigu). Ciri laras ilmiah adalah menggunakan
istilah spesifik yang berlaku khusus dalam disiplin ilmu masing-masing.
Disisi
lain, bahasa merupakan alat yang cukup penting dalam karangan ilmiah. Langkah
poertama dalam menulis karangan ilmiah yang baik adalah menggunakan tata bahasa
yang benar (Suriasumantri, 1986:58). Apabila bahasa yang dipakai kurang cermat,
karangan bukan saja sukar dipahami, melainkan juga mudah menimbulkan salah
pengertian. Bahasa karangan yang kacau
menggambarkan kekacauan pikiran penulisnya (Surakhman dalam Finoze, 2006:215).
Selain
persyaratan kebahasaan, (menurut Keraf, 1980:229) sebuah tulisan ilmiah
menuntut adanya persyaratan material dan persyaratan formal. Persyaratan
material mencakup adanya topik yang dibicarakan, tema yang menjadi tujuan atau
sasaran penulisan, alinea yang merangkaikan pokok-pokok pembicaraan, serta kalimat-kalimat yang mengungkapkan dan
mengembangkan pokok-pokok pembicaraan. Persyaratan formal adalah tata bentuk
karangan.
Tata
bentuk karangan mencakup tiga bagian karangan, yaitu (1) halaman-halaman awal
yang meliputi judul, kata pengantar, aneka daftar (daftar isi, daftar
tabel/bagan/lampiran; (2) isi utama yang meliputi pendahuluan, isi, dan
penutup; dan (3) halaman-halaman akhir yang meliputi daftar pustaka, lampiran,
dan biodata penulis.
D.
Topik dan Judul
Topik
berarti pokok pembicaraan, pokok permasalahan, atau masalah yang dibicarakan.
Topik karangan adalah suatu yang akan digarap menjadi karangan. Topik karangan
merupakan jawaban atas pertanyaan Masalah apa yang akan ditulis?
Jika
seseorang akam mengarang, ia terlebih dahulu harus memilih dan menetapkan topik
karangannya. Banyak permasalahan disekitar kita yang dapat dijadikan topik
karangan. Ciri khas topik terletak pada permasalahannya yang bersifat umum dan
belum terurai, tetapi tidak abstrak. Topik harus tentang sesuatu yang nyata.
Judul
karangan pada dasarnya adalah perincian atau penjabaran dari topik. Jika
dibandingkan dengan topik, judul lebih spesifik dan sering telah menyiratkan
permasalahan atau variabel yang akan dibahas. Memang topik seperti ekonomi,
arsitektur, hukum, komputer, listrik, manajemen, boleh saja dijadikan judul
karangan, tetapi judul tidaklah harus sama dengan topik. Jika topik sekaligus
menjadi judul, biasanya karangannya akan bersifat umum dan ruang lingkupnya
juga sangat luas. Judul karangan sedapat-dapatnya singkat dan padat, menarik
perhatian, serta menggambarkan secara garis besar inti pembahasan
Dalam
penggarapan karangan ilmiah, misalnya tesis, judul memang ditetapkan pada awal
proses penulisan, yaitu pada waktu pengajuan outline. Namun, perlu diketahui
bahwa proses pembuatan judul itu sebenarnya tetap berawal dari pemilihan topik.
Dalam hal ini, disiplin ilmu, jurusan, bidang spesifikasi/kajian yang diambil
oleh mahasiswa penyusun tesis itulah yang menjadi topik tesisnya.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
bobot isinya, karangan dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu (1) karangan
ilmiah, (2) karangan semi ilmiah atau ilmiah populer, dan (3) karangan non
ilmiah. Yang tergolong kedalam ilmiah antara lain adalah laporan, makalah,
skripsi, tesis, disertasi, yang tergolong karangan semi ilmiah antara lain
adalah artikel, editorial, opini, feature, reportase, yang tergolong kedalam
karangan nonilmiah antara lain adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, novel,
roman, dan naskah drama.
Antara
karangan ilmiah dan karangan ilmiah populer tidak banyak perbedaan mendasar.
Perbedaan yang paling jelas hanya pada pemakaian bahasa, struktur, dan
kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus
dibidang ilmu tertentu, dalam karangan ilmiah populer bahasa yang terlalu
teknis tersebut cenderung dihindari. Dari segi sistematika penulisan, karangan
ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan
sistematis, sedangkan karangan ilmiah populer agak longgar, meskipun agak
sistematis.
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo, Mukayat D. 2002. Penulisan Karya
Ilmiah. Jakarta : Akademi Pressindo
Depdiknas UNM. 2003. Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah. Malang : Biro Administrasi
Akademik, Perencanaan, dan Sistem Informasi.
No comments:
Post a Comment