Saturday 26 August 2017

MAKALAH INFEKSI




M A K A L A H

INFEKSI


DI
S
U
S
U
N

OLEH :

NURMALIS

DOSEN PEMBIMBING : SAPRIL, M. Pd






SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
2009/2010

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Pengertian Infeksi
Infeksi adalah keadaan bertambah dan berkembangbiaknnya kuman di dalam saluran kemih dengan jumlah yang bermakna. infeksi dapat dibagi menjadi sistitis dan pielonefritis. Sistitis adalah infeksi kandung kemih sedangkan pielonefritis adalah infeksi pada ginjal itu sendiri. Pielonefritis adalah infeksi pada ginjal itu sendiri. Pielonefritis dapat bersifat akut atau kronik.
Beberapa mikroorganisme, seperti bakteri, spirochaeta, riketsia, klamidia, mikoplasma, jamur, ragi, dan protozoa dapat menginfeksi tubuh manusia. Beberapa diantaranya secara normal dan tidak berbahaya (komensal); beberapa lainnya bahkan menguntungkan (saprofit). Tetapi, banyak juga yang patogen, menyebabkan penyakit dengan merusak jaringan dan sel hospes. Perbedaan ini kendati berguna, tidak selalu demikian; di bawah keadaan tertentu (misalnya imunosupresi), organisme komensal dapat menjadi patogen, menimbulkan infeksi oportunistik.

            Jenis, luas, dan beratnya kerusakan mikroorganisme yang disebabkan tiap mikroorganisme patogen dipengaruhi juga oleh sejumlah faktor yang berperan saat timbul infeksi. Faktor tersebut bisa berasal dari mikroorganisme atau hospes.
B.    Etiologi
-          Bakteri E. Coli
-     Proteus, Staphylococ dan pesudomonas
Faktor-faktor Predisposisi:
-          Obstruksi aliran kemih
-          Jenis kelamin
-          Umur
-          Peralatan kedokteran
-          Kandung kemih Neurogenik
-          Penyakit ginjal
-          Penyakit metabolik

C.    Manifestasi Klinis
Disuria, frekuensi miksi yang bertambah, dan nyeri suprapubik adalah gejala iritasi kandung kemih. Sebagian pasien mengeluh bau yang tidak menyenangkan, keruh dan mungkin hematuria. Bila mengenai saluran kemih atas, mungkin terdapat gejala-gejala pielonefritis akut seperti demam, mual, dan neyeri pada ginjal. Namun pasien dengan infeksi ginjal, mungkin hanya menunjukkan gejala saluran kemih bawah atau tidak bergejala. Pada sistitis biasanya memperlihatkan gejala disuria, peningkatan frekuensi berkemih, perasaan ingin berkemih, adanya sel-sel darah putih dalam urin, nyeri punggung bawah atau suprapubik dan demam.
D.   Patofisiologi
Sebagian besar merupakan infeksi asenden. Pada wanita jalur yang biasa terjadi adalah mula-mula kuman dari anal berkelahi di vulva, kemudian masuk ke kandung kemih melalui uretra yang pendek secara spontan atau mekanik akibat hubungan seksual. Pada pria, setelah prostat terkoloni maka akan terjadi infeksi asenden. Mungkin juga terjadi akibat pemasangan alat, seperti kateter, terutama pada golongan usia lanjut.
Wanita lebih sering menderita infeksi karena uretra yang pendek, masuknya kuman dalam hubungan seksual, dan mungkin perubahan PH dan flora vulva dalam siklus menstruasi. Pada beberapa wanita, frekuensi berkemih yang jarang juga memeliki peran.
Seharusnya bakteri yang masuk dibersihkan oleh mekanisme pertahanan tubuh, namun terdapatnya kelainan anatomi dapat menganggu mekanisme ini sehingga terjadi stasis urin. Pada wanita kelainan anatomi yang sering dijumpai adalah nefropati refluks, nefropati analgesik, batu, dan kehamilan. Pada pria biasanya akibat batu dan penyakit prostat, sedangkan pada anak-anak karena kelainan kongenitol
-                Pemeriksaan kultur dan sanitivitas
-                Sistoskopi, sistografi (sitogram)
-                Biakan dan uji kepekaan mikro organisme dalam urin untuk indentifikasi dan pengobatan.
E.   Komplikasi
-          Pembentukan abses atau perirenal
-          Gagal ginjal

F.   Penatalaksanaan
-          Terapi antibiotik, dengan urinalisis berulang setelah pemberian obat.
-          Wanita dan gadis dianjurkan untuk sering dan pergi buang air kecil sesuai kebutuhan untuk membilas mikrogonisme yang mungkin merayat naik ke uretra.
G. Beberapa Infeksi Spesifik

            Rongga mulut dihuni oleh berbagai jenis mikroorganisme yang membentuk mikroflora yang komensal. Mikroflora ini biasanya mengandung bakteri, mikoplasma, jamur, dan protozoa, yang kesemuanya dapat menimbulkan infeksi oportunistik simtomatik tergantung pada faktor-faktor lokal atau daya pertahanan tubuh pejamu yang rendah. Sebagai tambahan, sejumlah virus dapat menimbulkan lesi orofasial atau hadir secara asimtomatis di dalam saliva pada saat timbulnya infeksi virus secara sistemik atau pada pembawa yang sehat.

  1. Infeksi yang Disebabkan oleh Bakteri

            Bakteri endogenous terutama terlibat dalam dua penyakit manusia yang paling umum yaitu penyakit periodontal dan karies gigi. Walaupun jarang, kondisi-kondisi menular seperti tuberkulosis, gonorhoe, serta sifilis dapat menimbulkan pengaruh pada mukosa mulut sehingga dirasakan sangat penting untuk diketahui.

o    Tuberkulosis

Dahulu, infeksi sekunder mukosa mulut yang disebabkan oleh Myobacterium tuberculosis yang terdapat dalam dahak penderita tuberkulosis pulmoler aktif merupakan hal yang biasa dan umum. Tapi tuberkulosis oral dewasa ini sudah jarang terjadi di Eropa dan Amerika Utara, walaupun ada kenaikan insiden penderita AIDS. Lesi intraoral biasanya terbentuk pada permukaan dorsal lidah tetapi dapat juga terjadi pada tempat lain.
o    Gonorhoe

Penyakit kelamin menular ini di beberapa negara telah mencapai tahap epidemik dan kesehatan rongga mulut sudah terdiagnosis sebagai akibat seksualitas yang meningkat di antara orang dewasa terutama pada pria homoseksual. Lesi primer dapat terjadi akibat kontak orogenital. Penderita mengeluh tentang rasa sakit pada mukosa mulut diiringi dengan adanya perubahan pengecapan, halitosis, dan limfadenopatik. Pemeriksaan klinis menunjukkan tanda-tanda yang bervariasi, termasuk eritema, edema, ulserasi, dan pseudomembran, terutama di daerah tonsil dan faring.
o    Sifilis

Lesi primer dari penyakit kelamin umumnya terjadi di daerah genetalia, dapat juga dijumpai pada bibir atau mukosa mulut sebagai akibat kontak orogenital.
Lesi primer dan sifilis bawaan ditandai oleh timbulnya nodul yang pecah setelah beberapa hari dab meninggalkan borok/luka dengan tepi keras yang tidak sakit. Biasanya terjadi pembengkakan serta kekenyalan kelenjar limfe servikal. Lesi primer (chancre) ini sangat infektif dan oleh karena itu harus diperiksa dengan hati-hati. Sifilis primer biasanya mereda setelah 8-9 minggu tanpa meninggalkan jaringan parut.
Sifilis sekunder secara klinis akan muncul kira-kira 6 minggu setelah infeksi primer dan ditandai oleh sebuah ruam makular atau papular, demam, lesu, sakit kepala, limfadenopati umum, serta sakit pada tenggorokan. Pada kira-kira sepertiga penderita, mukosa akan terlibat dan lesi digambarkan sebagai ‘lesi jejak siput’. Sifilis sekunder ini akan hilang dalam 2-6 minggu.
Sifilis dapat terjadi laten dan menimbulkan lesi tersier beberapa tahun setelah infeksi pertama. Dua lesi yang dikenali sebagai tanda sifilis tersier adalah gumma di langit-langit, serta leukoplakia pada permukaan dorsal lidah.
  1. Infeksi yang Disebabkan oleh Jamur

Walaupun berbagai jamur dapat menimbulkan penyakit orofasial, sebagian besar kondisi fungal disebabkan oleh spesies Candida. Kira-kira 40% dari populasi mempunyai spesies candida di dalam muut dalam jumlah kecil sebagai bagian yang normal dari mikroflora oral. Kandidosis oral telah dinyatakan sebagai ‘penyakit dari yang berpenyakit’ karena kandidosis seringkali mengindikasikan adanya penyakit yang mendasari timbulnya proliferasi komponen candida dari flora mulut.
Spektrum spesies candida yang dapat terbentuk di dalam rongga mulut meliputi Candida albicans, Candida glabrata, Candida tropicalis, Candida pseudotropicalis, Candida guillerimondi, serta Candida krusei. Walaupun setiap spesies candida dapat menimbulkan infeksi mulut, sebagian besar kasus disebabkan oleh Candida albicans. Sejumlah faktor predisposisi dilibatkan dalam terjadinya kandidosis oral.
  1. Infeksi yang Disebabkan oleh Virus

Banyak virus dapat menimbulkan penyakit oral dan perioral. Berjenis-jenis virus, seperti kelompok herpes, menimbulkan erosi atau ulserasi, tetapi jenis lainnya seperti misalnya virus papilloma manusia dapat menimbulkan pertumbuhan mukosa yang berlebihan.



BAB II
PENUTUP


A.  Kesimpulan
Infeksi adalah keadaan bertambah dan berkembangbiaknnya kuman di dalam saluran kemih dengan jumlah yang bermakna. infeksi dapat dibagi menjadi sistitis dan pielonefritis. Sistitis adalah infeksi kandung kemih sedangkan pielonefritis adalah infeksi pada ginjal itu sendiri. Pielonefritis adalah infeksi pada ginjal itu sendiri. Pielonefritis dapat bersifat akut atau kronik.
Seharusnya bakteri yang masuk dibersihkan oleh mekanisme pertahanan tubuh, namun terdapatnya kelainan anatomi dapat menganggu mekanisme ini sehingga terjadi stasis urin. Pada wanita kelainan anatomi yang sering dijumpai adalah nefropati refluks, nefropati analgesik, batu, dan kehamilan. Pada pria biasanya akibat batu dan penyakit prostat, sedangkan pada anak-anak karena kelainan kongenitol


             


DAFTAR PUSTAKA

Lawler, W., Ahmed, A., Hume, W.J., 1992. Buku Pintar Patologi Untuk           Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC
Lewis & Lamay. 1994. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut. Jakarta: Widia Medika

No comments:

Post a Comment