KANDIDOSIS
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
SHAHRUL
FADLI
DOSEN PEMBIMBING : SAFRIL, M. Pd

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
GETSEMPENA
2009/2010
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Pengertian Kandidosis Vulvovaginitis
Kandidosis vulvovaginitis atau disebut juga kandidiasis vulvovaginitis adalah infeksi vagina dan/atau vulva yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh spesies Candida albicans (81%) atau kadang-kadang T. Glabrata (16%), spesies lain (C.tropicalis, C.stellatoidea, C.pseudotropicalis, C.krusei) sangat jarang, hanya berkisar 3%.
B. Epidemiologi
Frekuensi wanita mengalami kandidosis vulvovaginitis adalah 20-50% dari seluruh wanita, sumber lain mengatakan frekuensi kandidosis vulvovaginitis adalah sebesar 45% dari seluruh kasus vaginitis. Kultur Candida ditemui pada wanita yang asimtomatik sebanyak 20-50%, dan sekitar 75% dialami oleh wanita di Amerika Serikat, tidak terdapat adanya perbedaan ras dalam predileksi kandidosis vulvovaginitis, dan umumnya menyerang usia remaja dan dewasa.
Frekuensi wanita mengalami kandidosis vulvovaginitis adalah 20-50% dari seluruh wanita, sumber lain mengatakan frekuensi kandidosis vulvovaginitis adalah sebesar 45% dari seluruh kasus vaginitis. Kultur Candida ditemui pada wanita yang asimtomatik sebanyak 20-50%, dan sekitar 75% dialami oleh wanita di Amerika Serikat, tidak terdapat adanya perbedaan ras dalam predileksi kandidosis vulvovaginitis, dan umumnya menyerang usia remaja dan dewasa.
C.
Etiologi
Penyebab tersering ialah Candida albicans yang dapat diisolasi dari kulit, mulut, selaput mukosa vagina dan feses orang normal. Candida tumbuh sebagai mikroorganisme komensal pada 40-80% manusia sehat berupa blastospora bentuk oval tanpa kapsul, dan bereproduksi melalui pembentukan tunas, hifa yang pipih, memanjang tidak bercabang dan dapat tunbuh dalam biakan atau in vivo sebagai tanda penyakit yang aktif/budding.
Moses membagi etiologi kandidosis vulvovaginitis menjadi :
a. Kandidosis vulvovaginitis akut, disebabkan oleh Candida albicans (90%).
b. Kandidosis vulvovaginitis kambuhan, disebabkan oleh Candida glabrata (15%), C.parapsilois, Saccaromyces cereviceae.
Penyebab tersering ialah Candida albicans yang dapat diisolasi dari kulit, mulut, selaput mukosa vagina dan feses orang normal. Candida tumbuh sebagai mikroorganisme komensal pada 40-80% manusia sehat berupa blastospora bentuk oval tanpa kapsul, dan bereproduksi melalui pembentukan tunas, hifa yang pipih, memanjang tidak bercabang dan dapat tunbuh dalam biakan atau in vivo sebagai tanda penyakit yang aktif/budding.
Moses membagi etiologi kandidosis vulvovaginitis menjadi :
a. Kandidosis vulvovaginitis akut, disebabkan oleh Candida albicans (90%).
b. Kandidosis vulvovaginitis kambuhan, disebabkan oleh Candida glabrata (15%), C.parapsilois, Saccaromyces cereviceae.
D. Faktor Predisposisi
Kandidosis vulvovaginitis banyak menyerang wanita dalam masa subur, kebanyakan dengan faktor resiko yang menyebabkan perubahan dari pembawa asimtomatik menjadi simtomatik. Faktor-faktor tersebut adalah :
Faktor endogen, yang meliputi :
a. Perubahan fisiologik:
o
Kehamilan
o
Kegemukan
o
Debilitas
o
Premenstrual
o
Keadaan
imunodepresi
o
Iatrogenik
o
Diabetes
Mellitus
b. Medikasi :
o
Penggunaan
obat antibiotik dan kortikosteroid jangka lama.
Alat-alat
kontrasepsi (IUD, kondom, diafragma, spons) dan kotrasepsi oral.
Faktor eksogen, yang meliputi :
Faktor eksogen, yang meliputi :
o
Iklim,
panas, kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat.
o
Keadaan
higenitas.
o
Pemakaian
pakaian yang berbahan panas, tidak menyerap keringat, terlalu ketat seperti
bahan nylon.
E.
Gejala Klinis
Gejala :
Ø Asimtomatik pada 20-50% wanita
Ø Rasa panas
Ø Sekret berwarna keputihan, tidak berbau
tapi kadang berbau masam/asam
Ø Iritasi pada vulva
Ø Rasa gatal (itching)
Ø Disuria
Ø Dispareuni
Tanda:
Tanda:
Ø vulvitis dengan eritem dan edema vulva
Ø Fisura perineal
Ø Pseudomembran
Ø Lesi satelit papulopustular disekitar
pseudomembran
Ø Karakteristik duh vagina berbentuk keju
berwarna putih
Ø Terdapat vaginitis dan ekskoriasivitis
baik pada pemeriksaan langsung maupun dengan kolposkopik.
F.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopik :
Pada pemeriksaan mikroskopik sekret vagina dengan sediaan basah KOH 10% dapat terlihat adanya bentuk ragi (yeast form): blastospora dan pseudohifa (seperti sosis panjang tersambung). Dengan pewarnaan Gram dapat ditemukan pseudohifa yang bersifat Gram positif dan blastospora.
Kultur fungal positif :
Jarang dilakukan, tetapi berguna dalam mengidentifikasi penyebab kandidosis vulvovaginitis kambuhan/ rekuren.
Candida on Pap Smear :
Spesifik tetapi tidak sensitif.
Konfirmasi PH vagina :
Normal PH vagina adalah 4-4,5
Tes amin (sniff/amin odor test)
Hasil positif pada kandidosis vulvovaginitis, negative pada vaginitis bacterial.
G.
Diagnosis Banding
Penyebab vaginitis lainnya seperti:
a. Vaginosis bakterial
b. Trikomoniasis
c. Infeksi servisitis
d. Vaginitis alergi atau vulvitis
e. Vulvodinia
f. Liken planus
H. Penatalaksanaan
Pengobatan kandidosis vulvovaginitis dengan obat anti kandida topikal krim maupun tablet vaginal. Preparat azol lebih efektif daripada nistatin. Pengobatan menghasilkan penyembuhan 80-90%.
Pengobatan kandidosis vulvovaginitis dengan obat anti kandida topikal krim maupun tablet vaginal. Preparat azol lebih efektif daripada nistatin. Pengobatan menghasilkan penyembuhan 80-90%.
Pengobatan topikal:
à
Mikonazol
200 mg intravaginal/hari selama 3 hari
à
Klotrimazol
200 mg intravaginal/hari selama 3 hari
à
Klotrimazol
500 mg intravaginal dosis tunggal
à
Butoconazol
2% krim vulva diberikan selama 1-7 hari
à
Nistatin
100.000 IU intravaginal/hari selama 7-14 hari
à
Klotrimazol
1 % atau mikonazol 2 % atau tiokonazol 6,5% krim vulva 7-14 hari
Pengobatan
sistemik :
Beberapa uji coba menunjukkan hasil pengobatan oral dengan flukonazol,
ketokonazol, atau itrakonazol sama efektifnya dengan pengobatan topikal.
Penggunaan secara oral memang lebih mudah, tetapi potensi toksisitasnya
khususnya ketokonazol harus dipertimbangkan.
à
Pemberian
nistatin secara oral tidak terbukti efektif untuk pengobatan kandidosis
vulvovaginitis.
à
Pemberian
ketokonazol dosis 2 x 200 mg selama 5 hari, atau
à
Flukonazol
150 mg sebagai dosis tunggal
Untuk
pengobatan kandidosis vulvovaginitis kambuhan atau rekuren :
à
Pengobatan
setiap bulan dengan satu klotrimazol 500 mg intravaginal, atau
à
Ketokonazol
200 mg/hari selama 5 hari setiap bulan, atau
à
Flukonazol
150 mg oral setiap bulan.
I. Prognosis
Kandidosis vulvovaginitis dapat sembuh dengan baik dengan pengobatan yang adekuat, tetapi jika terjadi reinfeksi atau tidak adekuatnya pengobatan, kandidosis vulvovaginitis bisa menjadi kambuh.
Kandidosis vulvovaginitis dapat sembuh dengan baik dengan pengobatan yang adekuat, tetapi jika terjadi reinfeksi atau tidak adekuatnya pengobatan, kandidosis vulvovaginitis bisa menjadi kambuh.
BAB II
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Frekuensi wanita mengalami
kandidosis vulvovaginitis adalah 20-50% dari seluruh wanita, sumber lain
mengatakan frekuensi kandidosis vulvovaginitis adalah sebesar 45% dari seluruh
kasus vaginitis. Kultur Candida ditemui pada wanita yang asimtomatik sebanyak
20-50%, dan sekitar 75% dialami oleh wanita di Amerika Serikat, tidak terdapat
adanya perbedaan ras dalam predileksi kandidosis vulvovaginitis, dan umumnya
menyerang usia remaja dan dewasa.
DAFTAR
PUSTAKA
Djuanda, Suria., Hubungan Kelainan
Kulit Dan Penyakit Sistemik., Dalam: Djuanda,
Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FK UI. Jakarta. 2005.
Greenberg, Michael, E. Candidiasis. In: Emedicine, 2005
Greenberg, Michael, E. Candidiasis. In: Emedicine, 2005
Denning., Fornightly Review: Management of Genital Candidiasis. In: BMJ, 2006
Siregar, RS., Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC. 2005. Jakarta.
No comments:
Post a Comment