Saturday 26 August 2017

Makalah Anemia


Anemia

Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal.
Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh

Penyebab Anemia

Penyebab umum dari anemia:
*        
*   Perdarahan hebat
*   Akut (mendadak)
*   Kecelakaan
*   Pembedahan
*   Persalinan
*   Pecah pembuluh darah
*   Kronik (menahun)
*   Perdarahan hidung
*   Wasir (hemoroid)
*   Kanker atau polip di saluran pencernaan
*   Tumor ginjal atau kandung kemih
*   Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
*       Berkurangnya pembentukan sel darah merah
*   Kekurangan zat besi
*   Kekurangan vitamin B12
*   Kekurangan asam folat
*   Kekurangan vitamin C
*   Penyakit kronik
*        
*   Meningkatnya penghancuran sel darah merah
*   Pembesaran limpa
*   Kerusakan mekanik pada sel darah merah
*   Reaksi autoimun terhadap sel darah merah:
*  Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
*  Sferositosis herediter
*  Elliptositosis herediter
*   Kekurangan G6PD
*   Penyakit sel sabit
*   Penyakit hemoglobin C
*   Penyakit hemoglobin S-C
*   Penyakit hemoglobin E
*   Thalasemia

Gejala

Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.

Diagnosa

Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan adanya anemia. Persentase sel darah merah dalam volume darah total (hematokrit) dan jumlah hemoglobin dalam suatu contoh darah bisa ditentukan. Pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari hitung jenis darah komplit (CBC).

Pranala luar

*       (en) Iron Deficiency Anemia
*       (en) Anemia Lifeline
*       (en) National Anemia Action Council
*       (en) Penyakit Anemia (kurang darah)

Apakah anemia itu?
Anemia adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah.
Bagaimana cara mendeteksi anemia?
Anemia biasanya sudah dapat dideteksi dengan pemeriksaan darah lengkap di laboratorium.
Apakah pemeriksaan darah lengkap?
Pemeriksaan darah lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan pada darah manusia dengan menghitung seluruh komponen pembentuk darah. Saat ini pemeriksaan darah lengkap dilakukan dengan menggunakan mesin khusus. Komponen pembentuk darah antara lain :
  • Sel darah merah (RBC).
  • Hematokrit.
  • Hemoglobin.
  • Sel darah putih (WBC).
  • Komponen sel darah putih.
  • Trombosit/Platelet.
Hanya tiga teratas dari keenam komponen darah ini yang berperanan dalam mendeteksi terjadinya anemia.
Apakah arti nilai hitung sel darah merah?
Sel darah merah (RBC) merupakan komponen darah yang terbanyak dalam satu mililiter darah. Setiap orang memiliki jutaan bahkan miliaran sel darah merah dalam tubuhnya. Penghitungan sel darah merah digunakan untuk menentukan apakah kadar sel darah merah rendah (anemia) atau tinggi (polisitemia).
Pada perhitungan sel darah merah, akan dinilai jumlah dan ukuran dari sel darah merah. Bentuk sel darah merah pun akan dievaluasi di bawah mikroskop. Segala informasi mulai dari jumlah, ukuran dan bentuk dari sel darah merah akan berguna dalam mendiagnosa suatu anemia. Juga pada pemeriksaan ini dapat diketahui jenis anemia berikut kemungkinan penyebabnya.
Apakah yang dimaksud dengan hematokrit?
Nilai hematokrit merupakan cara yang paling sering digunakan untuk menentukan apakah jumlah sel darah merah terlalu tinggi, terlalu rendah atau normal. Hematokrit sejatinya merupakan ukuran yang menentukan seberapa banyak jumlah sel darah merah dalam satu mililiter darah atau dengan kata lain perbandingan antara sel darah merah dengan komponen darah yang lain.
Bagaimana menghitung jumlah hematokrit?
Hematokrit dapat dihitung dengan mengambil sampel darah pada jari tangan atau diambil langsung pada vena yang terletak pada lengan.
Sel darah merah yang terdapat dalam sampel kemudian diendapkan dengan cara memutarnya menggunakan alat sentrifugal. Endapan ini kemudian di presentasekan dengan jumlah keseluruhan dari darah yang terdapat dalam tabung, nilai inilah yang dinamakan nilai hematokrit.
Apakah hemoglobin itu?
Hemoglobin adalah pigmen yang membuat sel darah berwarna merah yang pada akhirnya akan membuat darah manusia berwarna merah. Menurut fungsinya, hemoglobin merupakan media transport oksigen dari paru paru ke jaringan tubuh. Seperti kita ketahui bersama, oksigen merupakan bagian terpenting dari metabolisme tubuh untuk menghasilkan energi. Hemoglobin juga berfungsi membawa karbondioksida hasil metabolisme dari jaringan tubuh ke paru paru untuk selanjutnya dikeluarkan saat bernafas.
Apakah arti dari kadar hemoglobin yang rendah?
Orang dengan kadar hemoglobin yang rendah disebut dengan istilah anemia. Saat kadar hemoglobin rendah maka jumlah sel darah merah pun akan rendah. Demikian pula halnya dengan nilai hematokrit.
Apa akibatnya bila terjadi anemia?
Transportasi oksigen akan terganggu dan jaringan tubuh orang yang anemia akan mengalami kekurangan oksigen guna menghasilkan energi.
Bagaimana gejala anemia?
Orang yang mengalami anemia akan merasa cepat lelah, lemas, pucat, gelisah dan terkadang sesak.
Apa yang menyebabkan anemia?
Berikut adalah beberapa penyebab anemia yang paling sering ditemukan.
Kekurangan zat besi
Perempuan akan lebih mudah menderita anemia bila dibandingkan dengan laki laki karena perempuan mengalami kehilangan darah tiap bulan saat menstruasi. Perempuan juga rentan mengalami kekurangan zat besi.
Pada orang dewasa, kekurangan zat besi sering disebabkan oleh karena kehilangan darah khronis seperti menstruasi. Kehilangan darah khronis juga bisa disebabkan oleh karena kanker terutama kanker pada usus besar.
Anemia juga bisa disebabkan oleh karena perdarahan usus yang disebabkan oleh karena konsumsi obat obatan yang mengiritasi usus.Obat yang termasuk golongan ini terutama obat NSAID.
Pada bayi dan anak anak, anemia kekurangan zat besi biasanya disebabkan karena kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi.
Perdarahan
Perdarahan yang banyak saat trauma baik di dalam maupun di luar tubuh akan menyebabkan anemia dalam waktu yang relatif singkat. Perdarahan dalam jumlah banyak biasanya terjadi pada maag khronis yang menyebabkan perlukaan pada dinding lambung.
Genetik
Kelainan herediter atau keturunan juga bisa menyebabkan anemia. Kelainan genetik ini terutama terjadi pada umur sel darah merah yang terlampau pendek sehingga sel darah merah yang beredar dalam tubuh akan selalu kekurangan. Anemia jenis ini dikenal dengan nama sickle cell anemia. Gangguan genetik juga bisa menimpa hemoglobin yang mana produksi hemoglobin menjadi sangat rendah. Kelainan ini kita kenal dengan nama thalasemia.
Kekurangan vitamin B12
Anemia yang diakibatkan oleh karena kekurangan vitamin B12 dikenal dengan nama anemia pernisiosa.
Kekurangan asam folat
Kekurangan asam folat juga sering menyebabkan anemia terutama pada ibu ibu yang sedang hamil.
Pecahnya dinding sel darah merah
Anemia yang disebabkan oleh karena pecahnya dinding sel darah merah dikenal dengan nama anemia hemolitik. Reaksi antigen antibodi dicurigai sebagai biang kerok terjadinya anemia jenis ini.
Gangguan sumsum tulang
Sumsum tulang sebagai pabrik produksi sel darah juga bisa mengalami gangguan sehingga tidak bisa berfungsi dengan baik dalam menghasilkan sel darah merah yang berkualitas. Gangguan pada sumsum tulang biasanya disebabkan oleh karena mestatase sel kanker dari tempat lain.
Penyebab anemia yang lain masih banyak, cuma karena keterbatasan tempat maka saya hanya menulis yang sering dijumpai saja.
Bagaimana mengobati anemia?
Seperti halnya penyakit lain, pengobatan anemia juga harus ditujukan pada penyebab terjadinya anemia. Misalnya anemia yang disebabkan oleh perdarahan pada usus maka perdarahan itu harus kita hentikan untuk mencegah berlanjutnya anemia. Jika memang diperlukan, operasi dapat dilakukan pada keadaan tertentu.
Suplemen besi diperlukan pada anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan zat besi. Pemberian suntikan vitamin B12 diperlukan untuk mengkoreksi anemia pernisiosa. Transfusi darah merupakan pilihan untuk anemia yang disebabkan oleh perdarahan hebat.
Anemia
Anemia adalah keadaan dimana massa eritrosit yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara laboratorium dijabarkan sebagai penurunan dibawah normal kadar hemoglobin, hitung eritrosit, dan hematokrit.
Kriteria Anemia
Batas-batas (cut off point) yang umum dipakai ialah kriteria WHO tahun 1968. Anemia dinyatakan bila:
1.      Laki Dewasa : Hb
2.      Wanita dewasa tidak hamil : Hb
3.      Wanita hamil : Hb
4.      Anak umur 6-14 tahun : Hb
5.      Anak umur 6 bln – 6 thn : Hb

Anemia, salah satu kegawatan bidang hematologi pada anak, diagnosis dan terapi


Kematian anak balita merupakan indikator yang baik untuk melihat tingkat kesehatan suatu Negara. Mengetahui penyebab kematian akan sangat membantu program pemerintah dalam menurunkan angka kematian, yang pada akhirnya akan meningkatkan status kesehatannya. Prevalensi anemia pada anak-anak masih tinggi terutama di Negara berkembang dan penyebab anemia ini seringkali multifaktorial. Anemia sebagai penyebab kematian baik di dalam rumah sakit maupun diluar rumah sakit ternyata juga tinggi. Angka  kematian karena anemia di dunia berkisar 6,2/1000 hingga 20,1/ 1000 anak. Anemia sering berkaitan dengan banyak faktor seperti malnutrisi, bakteriemia, diare, pneumoni, malaria dll,  sehingga akan meningkatkan risiko kematian 1,2.   
Wulandewi Marhaeni 
Sub divisi hemato-onkologi ,
Bagian Anak RSUD Ulin Banjarmasin
definisi
Anemia  : secara umum didefinisikan sebagai berkurangnya jumlah sel darah merah atau berkurangnya konsentrasi Hb  2,3,4. Fungsi  utama eritrosit adalah membawa oksigen dan mendistribusikannya ke jaringan untuk metabolisme di jaringan. Kebutuhan oksigen jaringan ditentukan oleh kadar Hb atau hematokrit. Kadar Hb normal berbeda menurut usia dan jenis kelamin. Akan tetapi WHO punya kriteria yang lebih mudah dipakai untuk dilapangan. Dibawah ini tabel kriteria anemia menurut WHO dan nilai normal menurut usia dan jenis kelamin 2.

Table 1. Kriteria WHO untuk kadar hemoglobin yang dikatakan anemia
Umur
Konsentrasi hemoglobin (g/dL)

Anak  6bl-6 th
11
Anak 6-14 th
12
Dewasa laki-laki
13
Wanita dewasa tdk hamil
12
Wanita hamil
11


         Dikutip dari WHO Nutritional anemia. World Health OrganTech Rep Ser1972;503:1

Tabel 2. Nilai normal dan batas bawah nilai normal dari kadar Hb, Hct dan MCV

Hb (g/dL)

Hematokrit%

MCV (µ3)

Umur (tahun)
Rata-rata
Batas bawah
Rata-rata
Batas bawah
Rata-rata
Batas bawah
0,5-1,9
12,5
11
37
33
77
70
2-4
12,5
11
38
34
79
73
5-7
13
11,5
39
35
81
75
8-11
13,5
12
40
36
83
76
12-14






Wanita
13,5
12
41
36
85
78
Laki-laki
14
12,5
43
37
84
77
15-17






Wanita
14
12
41
36
87
79
Laki-laki
15
13
46
38
86
78
18-49






Wanita
14
12
42
37
90
80
Laki-laki
16
14
47
40
90
80
Dikutip dari Nathan & Oski’ hematology of infancy and childhood, sixth ed p 410

Menurut konvensi Internasional anemia ringan didefinisikan bila  kadar Hb < 11,g/dL , anemia sedang bila kadar Hb < 7g/dL, dan  anemia berat bila kadar Hb < 5 g/dL 1.

Epidemiologi
Prevalensi  anemia di dunia banyak dilaporkan oleh berbagai survey, akan tetapi karena perbedaan metodologi, populasi dan demografi sangat sukar untuk diintepretasi   (Tabel 3). Anemia diketahui sebagai penyebab kematian dan kesakitan yang penting di beberapa Negara. Brabin et al, 2001 melaporkan pada anak balita (usia 0-5 th) persentasi kematian yang disebabkan oleh anemia di Sierra Leone 11,2%, Kenya 14,3%, India  3,8% 1. Sedangkan dari penelitian di India malnutrisi dan anemia menempati posisi ketiga ( 11,4%) sebagai penyebab kematian pada anak 0-5 tahun 2.

Table 3. Prevalensi  (%) anemia sesuai kriteria WHO pada beberapa populasi
Negara
Pra sekolah
Wanita tdk hamil
Wanita hamil
Laki-laki dewasa
Amerika latin (7negara)
----
17
24
4
Chili
35
--
--
--
Nigeria
63
46
52
36
India Utara
90
84
80
48
India Selatan
76
81
88
56
Burma
3-7
5-15
82
1-5
Filipina
42
37
72
7
Dikutip dari Nathan &Oski’s  hematology of infancy and childhood, p 1811

Klasifikasi
Anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi maupun fisiologinya 3,5.
Cara pendekatan yang sering dipakai untuk  mengetahui penyebab anemia ada dua hal, kedua penyebab dari gangguan fungsional tsb adalah:
1.     Produksi sel darah merah tidak effektif, bisa karena gangguan maturasi dari eritrosit,  kegagalan dari eritropoiesis, atau eritroblastopenia.
2.     Gangguan dari Kecepatan kerusakan eritrosit, atau kehilangan darah yang berakibat terjadinya anemia
Anemia juga dapat  diklasifikasikan  dengan   ukuran    eritrosit, klasifikasi ini dikategorikan dalam anemia mikrositik, anemia normositik, dan anemia makrositik 3,5,7.

 Klasifikasi berdasarkan gangguan fisiologi dari anemia 3
A.    Gangguan pembentukan eritrosit
1.     Kegagalan sumsum tulang : 
a.     Anemia aplastik
b.     Pure Red Cell Aplasia
c.     Infiltrasi pada sumsum tulang
2.     Kekurangan produksi  eritropoietin
a.     Penyakit ginjal kronis
b.    Hypothyroidism, hipopituitarism
c.     Peradangan kronik
d.    Protein malnutrisi
e.     Hemoglobin mutan dg berkurangnya afinitas terhadap oksigen
B.    Gangguan maturasi dari eritrosit atau eritropoiesis ineffektif
1.     Maturitas dari sitoplasma yang abnormal
a.     Defisiensi  besi
b.    Thalassemia
c.     Anemia sideroblastik
d.    Keracunan timah
2.     Maturasi inti yang abnormal
a.     Defisiensi vit B12
b.    Defisiensi asam folat
c.     Thiamin responsive anemia megaloblastik
d.    Kelainan herediter metabolism asam folat
C.    Anemia Hemolitik
1.     Defek hemoglobin
2.     Defek membrane eritrosit
3.     Defek metabolism eritrosit
4.     Antibody mediated
5.     Kerusakan karena mekanik pada eritrosit
6.     Kerusakan karena suhu pada eritrosit
7.     Oksidan yang menjadi pencetus kerusakan eritrosit
8.     Agen infeksi yang menyebabkan kerusakan eritrosit
9.     Paroxysmal nocturnal hemoglobinuria
10.  Plasma lipid yang menyebabkan membran sel eritrosit abnormal

 Klasifikasi anemia berdasarkan ukuran sel darah merah 3,5
A.    Anemia mikrositik
1.     Defisiensi besi ( nutrisi, kehilangan darah kronis)
2.     Keracunan timah kronik
3.     Thalassemia
4.     Anemia sideroblastik
5.     Peradangan kronik
6.     Kelainan kongenital anemia hemolitik dengan Hb tidak stabil

B.    Makrositik Anemia
1.     Dengan sumsum tulang megaloblastik
a.     Defisiensi vitamin B12
b.    Defisiensi asam folat
c.     Herediter orotic aciduria
d.    Anemia yang responsive thiamin
2.     Tanpa megaloblastik pada sumsum tulang
a.     Anemia aplastik
b.     Diamond blackfan Syndrome
c.     Hypothiroidism
d.    Penyakit hati
e.     Anemia diseritropoietik
C.    Normositik anemia
1.     Anemia hemolitik kongenital
a.     Hb mutant
b.    Defek eritrosit
c.     Kerusakan  membran   eritrosit
2.     Anemia hemolitik didapat
a.     Antibody mediated
b.    Anemia hemolitik mikroangiopati
c.     Sekunder karena infeksi akut
3.     Kehilangan darah akut
4.     Splenic pooling
5.     Penyakit ginjal kronis


Diagnosis
Anemia ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang laboratorium.
Anamnesis :
Anamnesis berperanan penting dalam menegakkan diagnosis anemia, di bawah ini beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam evaluasi pasien dengan anemia.
Umur : pada neonatus bisa disebabkan karena kehilangan darah , manifestasi awal dari anemia hemolitik, ataupun karena infeksi
Jenis kelamin : gangguan terkait kromosom x misalnya pada defisiensi G6PD, defisiensi piruvat.
Ras : Hemoglobin S dan C banyak pada orang kulit hitam,  thalassemia β pada kulit putih dan trait α thalassemia banyak pada klit hitam dan kulit kuning.
Etnis : sindroma thalassemia sering ditemukan pada kawasan Mediterania, defisiensi G6PD pada orang Yahudi, Filipina, Sardinia, Yunani, Kurdi.
Neonatal : riwayat hiperbilirubinemia pada masa bayi mengindikasikan adanya anemia hemolitik, seperti defisiensi G6PD, spherositosis. Pada bayi premature dimungkinkan timbulnya anemia defisiensi besi awal.
Diet : tanyakan adanya riwayat  sumber makanan seperti asam folat, vitamin B12, zat besi.
Obat-obatan : cari riwayat obat yng menyebabkn anemia hemolitik, atau menyebabkan timbulnya anemia aplastik.
Infeksi : hepatitis dapat meninduksi timbulnya anemia aplastik, infeksi dapat menginduksi anemia hemolitik, atau red cell aplasia
Keturunan : adanya riwayat hiperbilirubinemia, batu empedu, atau splenomegali, thalassemia.
Diare : bisa disebabkan penyakit small bowel disease dengan adanya gangguan malabsorpsi folat dan vitamin B 12,  sedangkan adanya peradangan di usus akan menyebabkan kehilangan darah3.

Pemeriksaan khusus yang mengarah pada anemia 3:
Misalnya :
Pada kulit bisa timbul ikterik bila terjadi hemolitik anemia, ptekiae dan purpura bila terjadi gangguan di sumsum tulang seperti anemia aplasi, infiltrasi misalnya keganasan, hemolitik uremik syndrome.
Pada muka : bila terdapat frontal bossing kita bisa memikirkan kemungkinan thalassemia mayor, anemia defisiensi besi berat.
Mata : bila terdapat udem pada palpebra kita perlu curiga adanya gagal ginjal.
Mulut : glositis bisa terjadi pada anemia defisiensi besi. Stomatitis angularis juga bisa dilihat pada anemia defisiensi besi.
Ekstremitas  : pada anemia fanconi terdapat hipoplasi thenar eminence  , spoon nail dapat ditemukan pada anemia defisiensi besi.
Limpa : pembesaran limpa bisa terjadi pada penyakit anemia hemolitik, leukemia, limfoma, infeksi akut, hipertensi portal.
Pendekatan diagnosis untuk anemia, termasuk pemeriksaan laboratorium penunjang 3,5.
Skrining awal dan dugaan diagnosis anemia :
·         Anamnesis, pemeriksaan fisik diagnostic, riwayat penyakit non hematologi misalnya renal, metabolic, thyroid dll
·         Indikator sel darah merah : MCV, MCHC, RDW
·         Hapusan darah tepi
·         Hitung retikulosit
Konfirmasi diagnosis :
·         Antiglobulin testè Hb elektroforesis,
·         Skrining G6PD , test fragilitas osmotik
·         Bone Marrow Aspirate/ Biopsy
·         Pemeriksaan lain seperti : bilirubin indirek, LDH, Haptoglobin, serum B12, serum ferritin, folat , B12, TIBC
Test tambahan lain seperti :
·         Test untuk Hb varian, sitogenetik dll
 Pendekatan diagnosis anemia melalui hitung retikulosit 5:

Prinsip manajemen penderita anemia
1.     Secara umum :
Rawat semua penderita dalam kondisi akut dengan gejala anemia symtomatik. Atau bila dicurigai ada penyakit berat yang menyertai seperti aplasia atau infiltrasi sumsum tulang. Sambil di ikuti, pada saat yang sama bisa dilakukan pelacakan diagnosis 6.
2.     Transfusi :
a.     Tujuan terapi sel darah merah adalah untuk memperbaiki oksigenasi jaringan. Kebutuhan oksigen jaringan ditentukan oleh kadar Hb dan Hematokrit. Factor-faktor yang terlibat didalam oksigenasi jaringan diantaranya :
·         Tingkat pengambilan oksigen (0xygen uptake)
·         Aliran darah (blood flow)
·         Afinitas Hb terhadap O2
·         Tingkat kebutuhan jaringan ( tissue demand)
·         Kondisi pasien ( stable/unstable) 7
b.    Transfusi hanya diberikan pada penderita dengan kehilangan darah atau kegagalan sumsum tulang dengan gejala hipovolemia dengan hemodinamik yang tidak stabil. Indikasi transfusi jarang pada penderita dengan Hb > 10 g/dL,. Pada penderita dengan perdarahan pertama kali harus diberikan kristaloid atau koloid untuk membuat kondisi pasien menjadi normovolemi.  Transfusi PRC hampir selalu  direkomendasikan   bila  kadar Hb < 6g/dL danterdapat tanda oksigenasi yang tidak adekuat, seperti hemodinamik yang tidak stabil, iskhemic myocard 6,7,8,9,10.
c.     Pada pasien normovolemik (euvolemik) yang tidak mempunyai penyulit transfusi PRC  direkomendasikan bila kadar Hb 6-8g/dL 6,7,8,9,10.
d.    Pada penderita dengan tanda – tanda gagal jantung beri transfusi secara pelan 5-10 ml/kgBB PRC dengan kecepatan 2 ml/kgBB/jam. Dan tambahkan furosemid 1 mg/ kg bb 6
e.     Pada penderita anemia hemolitik yang stabil transfusi ditunda hingga diagnosis tegak 6.
3.     Pada penderita anemia defisiensi besi dapat diberikan terapi empiris dengan ferrous sulfate 6 mg/kgBB/hari peroral. Dan diikuti dengan pemeriksaan darah rutin dan hitung retikulosit. Dalam satu minggu   hitung retikulosit   akan meningkat.
4.     Pada penderita anemia hemolitik autoimun proses hemolitik dapat berjalan dengan cepat dan dapat menyebabkan gagal jantung, gunakan darah dengan antigen yang equivalent, tambahkan terapi dengan prednisone 2 mg/ kg bb 6
5.     Anemia sering terjadi pada pasien gawat dan berkaitan dengan hasil akhir yang jelek bila tidak ditangani dengan baik. Penanganan anemia yang adekuat akan mempengaruhi hasil akhir




Kesimpulan
·         Insidensi anemia cukup tinggi teutama di Negara berkembang.
·         Anemia dapat menyebabkan kematian bila tidak   ditangani dengan cepat dan tepat
·         Diagnosis anemia dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik diagnostik dan pemeriksaan penunjang.
·         Terapi transfusi hanya diberikan sesuai indikasi.
Daftar pustaka
1.     Brabin BJ, Premji Z, Verhoeff F, An analysis of anemia and child mortality, J.Nutr 131: 636S-648S, 2001
2.     Awashi S, Pandhe VK, Cause specific mortality in under fives in urban slum in Lucknow North India, J Trop Pediatr  44: 358-361
3.     Oski FA, Brugnara C, Nathan GD : A diagnostic approach to the anemic patient in Nathan DG, Orkin SH, Ginsburg D, Look AT, ed Nathan and Oski’s hematology of infancy and childhood, sixth ed, Saunders, Philadelphia, 2003, p 409-17
4.     Weatheral D, KwiatkowskiD: Hematologic  manifestations of systemic deseasesin children of the developing world, dalam Nathan DG, Orkin SH, Ginsburg D, Look AT, ed Nathan and Oski’s Hematology of infancy and childhood, sixth ed, Saunders, Philadelphia, 2003, p 1810-29
5.     Lanzkowsky P, Manual of pediatric hematology and Oncology, Churchil Livingstone, New York, 1989, p 1-11
6.     Rogers PC, Bond MC, : Hematology and Oncology in  Baldwin G (ed): Handbook of pediatric emergency, 2nd ed, Little, Brown and Company, Boston, 1994, p 211-37
7.     Sudarmanto B, Sumantri AG, T Mudrik: Transfusi darah dan transplantasi dalam Permono B, Sutaryo, Ugrasena IDG, Windiastuti E, Abdulsalam M, penyunting. Buku ajar hematologi-onkologi anak, cetakan kedua, Jakarta, IDAI, 2006
8.     Madjdpour C, HeindiV, SpahnDR : Risk, benefit, alternatives and indications of allogenic blood transfusions, Minerva Anestesiol, 2006:72;283-98
9.     Spahn DR, Strategies for transfusions therapy, Best Pract Res Clin Anaesthesiol, 2004 dec:18(4):661-73
10.  Lacroix J, Hebert PC, Hutchinson JS, Hume HA, Tucci M, Ducruet T et al : Transfusion strategies for patiens in pediatric intensive care units, N Engl J Med 2007;356:1609-19

No comments:

Post a Comment