Anemia
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal.Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh
Penyebab Anemia
Penyebab umum dari anemia:Gejala
Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.Diagnosa
Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan adanya anemia. Persentase sel darah merah dalam volume darah total (hematokrit) dan jumlah hemoglobin dalam suatu contoh darah bisa ditentukan. Pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari hitung jenis darah komplit (CBC).Pranala luar
Anemia adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah.
Bagaimana cara mendeteksi anemia?
Anemia biasanya sudah dapat dideteksi dengan pemeriksaan darah lengkap di laboratorium.
Apakah pemeriksaan darah lengkap?
Pemeriksaan darah lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan pada darah manusia dengan menghitung seluruh komponen pembentuk darah. Saat ini pemeriksaan darah lengkap dilakukan dengan menggunakan mesin khusus. Komponen pembentuk darah antara lain :
- Sel darah merah (RBC).
- Hematokrit.
- Hemoglobin.
- Sel darah putih (WBC).
- Komponen sel darah putih.
- Trombosit/Platelet.
Apakah arti nilai hitung sel darah merah?
Sel darah merah (RBC) merupakan komponen darah yang terbanyak dalam satu mililiter darah. Setiap orang memiliki jutaan bahkan miliaran sel darah merah dalam tubuhnya. Penghitungan sel darah merah digunakan untuk menentukan apakah kadar sel darah merah rendah (anemia) atau tinggi (polisitemia).
Pada perhitungan sel darah merah, akan dinilai jumlah dan ukuran dari sel darah merah. Bentuk sel darah merah pun akan dievaluasi di bawah mikroskop. Segala informasi mulai dari jumlah, ukuran dan bentuk dari sel darah merah akan berguna dalam mendiagnosa suatu anemia. Juga pada pemeriksaan ini dapat diketahui jenis anemia berikut kemungkinan penyebabnya.
Apakah yang dimaksud dengan hematokrit?
Nilai hematokrit merupakan cara yang paling sering digunakan untuk menentukan apakah jumlah sel darah merah terlalu tinggi, terlalu rendah atau normal. Hematokrit sejatinya merupakan ukuran yang menentukan seberapa banyak jumlah sel darah merah dalam satu mililiter darah atau dengan kata lain perbandingan antara sel darah merah dengan komponen darah yang lain.
Bagaimana menghitung jumlah hematokrit?
Hematokrit dapat dihitung dengan mengambil sampel darah pada jari tangan atau diambil langsung pada vena yang terletak pada lengan.
Sel darah merah yang terdapat dalam sampel kemudian diendapkan dengan cara memutarnya menggunakan alat sentrifugal. Endapan ini kemudian di presentasekan dengan jumlah keseluruhan dari darah yang terdapat dalam tabung, nilai inilah yang dinamakan nilai hematokrit.
Apakah hemoglobin itu?
Hemoglobin adalah pigmen yang membuat sel darah berwarna merah yang pada akhirnya akan membuat darah manusia berwarna merah. Menurut fungsinya, hemoglobin merupakan media transport oksigen dari paru paru ke jaringan tubuh. Seperti kita ketahui bersama, oksigen merupakan bagian terpenting dari metabolisme tubuh untuk menghasilkan energi. Hemoglobin juga berfungsi membawa karbondioksida hasil metabolisme dari jaringan tubuh ke paru paru untuk selanjutnya dikeluarkan saat bernafas.
Apakah arti dari kadar hemoglobin yang rendah?
Orang dengan kadar hemoglobin yang rendah disebut dengan istilah anemia. Saat kadar hemoglobin rendah maka jumlah sel darah merah pun akan rendah. Demikian pula halnya dengan nilai hematokrit.
Apa akibatnya bila terjadi anemia?
Transportasi oksigen akan terganggu dan jaringan tubuh orang yang anemia akan mengalami kekurangan oksigen guna menghasilkan energi.
Bagaimana gejala anemia?
Orang yang mengalami anemia akan merasa cepat lelah, lemas, pucat, gelisah dan terkadang sesak.
Apa yang menyebabkan anemia?
Berikut adalah beberapa penyebab anemia yang paling sering ditemukan.
Kekurangan zat besi
Perempuan akan lebih mudah menderita anemia bila dibandingkan dengan laki laki karena perempuan mengalami kehilangan darah tiap bulan saat menstruasi. Perempuan juga rentan mengalami kekurangan zat besi.
Pada orang dewasa, kekurangan zat besi sering disebabkan oleh karena kehilangan darah khronis seperti menstruasi. Kehilangan darah khronis juga bisa disebabkan oleh karena kanker terutama kanker pada usus besar.
Anemia juga bisa disebabkan oleh karena perdarahan usus yang disebabkan oleh karena konsumsi obat obatan yang mengiritasi usus.Obat yang termasuk golongan ini terutama obat NSAID.
Pada bayi dan anak anak, anemia kekurangan zat besi biasanya disebabkan karena kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi.
Perdarahan
Perdarahan yang banyak saat trauma baik di dalam maupun di luar tubuh akan menyebabkan anemia dalam waktu yang relatif singkat. Perdarahan dalam jumlah banyak biasanya terjadi pada maag khronis yang menyebabkan perlukaan pada dinding lambung.
Genetik
Kelainan herediter atau keturunan juga bisa menyebabkan anemia. Kelainan genetik ini terutama terjadi pada umur sel darah merah yang terlampau pendek sehingga sel darah merah yang beredar dalam tubuh akan selalu kekurangan. Anemia jenis ini dikenal dengan nama sickle cell anemia. Gangguan genetik juga bisa menimpa hemoglobin yang mana produksi hemoglobin menjadi sangat rendah. Kelainan ini kita kenal dengan nama thalasemia.
Kekurangan vitamin B12
Anemia yang diakibatkan oleh karena kekurangan vitamin B12 dikenal dengan nama anemia pernisiosa.
Kekurangan asam folat
Kekurangan asam folat juga sering menyebabkan anemia terutama pada ibu ibu yang sedang hamil.
Pecahnya dinding sel darah merah
Anemia yang disebabkan oleh karena pecahnya dinding sel darah merah dikenal dengan nama anemia hemolitik. Reaksi antigen antibodi dicurigai sebagai biang kerok terjadinya anemia jenis ini.
Gangguan sumsum tulang
Sumsum tulang sebagai pabrik produksi sel darah juga bisa mengalami gangguan sehingga tidak bisa berfungsi dengan baik dalam menghasilkan sel darah merah yang berkualitas. Gangguan pada sumsum tulang biasanya disebabkan oleh karena mestatase sel kanker dari tempat lain.
Penyebab anemia yang lain masih banyak, cuma karena keterbatasan tempat maka saya hanya menulis yang sering dijumpai saja.
Bagaimana mengobati anemia?
Seperti halnya penyakit lain, pengobatan anemia juga harus ditujukan pada penyebab terjadinya anemia. Misalnya anemia yang disebabkan oleh perdarahan pada usus maka perdarahan itu harus kita hentikan untuk mencegah berlanjutnya anemia. Jika memang diperlukan, operasi dapat dilakukan pada keadaan tertentu.
Suplemen besi diperlukan pada anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan zat besi. Pemberian suntikan vitamin B12 diperlukan untuk mengkoreksi anemia pernisiosa. Transfusi darah merupakan pilihan untuk anemia yang disebabkan oleh perdarahan hebat.
Anemia
Anemia adalah keadaan dimana massa
eritrosit yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen
bagi jaringan tubuh. Secara laboratorium dijabarkan sebagai penurunan dibawah
normal kadar hemoglobin, hitung eritrosit, dan hematokrit.
Kriteria Anemia
Batas-batas (cut off point) yang umum dipakai
ialah kriteria WHO tahun 1968. Anemia dinyatakan bila:
1. Laki Dewasa : Hb
2. Wanita dewasa tidak hamil : Hb
3. Wanita hamil : Hb
4. Anak umur 6-14 tahun : Hb
5. Anak umur 6 bln – 6 thn : Hb
Anemia, salah satu kegawatan bidang hematologi pada anak, diagnosis dan terapi

Wulandewi Marhaeni
Sub divisi hemato-onkologi ,
Bagian Anak RSUD Ulin Banjarmasin
definisi
Anemia
: secara umum didefinisikan sebagai berkurangnya jumlah sel darah merah atau
berkurangnya konsentrasi Hb 2,3,4. Fungsi utama
eritrosit adalah membawa oksigen dan mendistribusikannya ke jaringan untuk
metabolisme di jaringan. Kebutuhan oksigen jaringan ditentukan oleh kadar Hb
atau hematokrit. Kadar Hb normal berbeda menurut usia dan jenis kelamin. Akan
tetapi WHO punya kriteria yang lebih mudah dipakai untuk dilapangan. Dibawah
ini tabel kriteria anemia menurut WHO dan nilai normal menurut usia dan jenis
kelamin 2.
Table 1.
Kriteria WHO untuk kadar hemoglobin yang dikatakan anemia
Umur
|
Konsentrasi hemoglobin (g/dL)
|
Anak 6bl-6 th
|
11
|
Anak 6-14 th
|
12
|
Dewasa laki-laki
|
13
|
Wanita dewasa tdk hamil
|
12
|
Wanita hamil
|
11
|
Dikutip dari WHO Nutritional anemia. World Health OrganTech Rep Ser1972;503:1
Tabel 2.
Nilai normal dan batas bawah nilai normal dari kadar Hb, Hct dan MCV
Hb (g/dL)
|
Hematokrit%
|
MCV (µ3)
|
||||
Umur (tahun)
|
Rata-rata
|
Batas bawah
|
Rata-rata
|
Batas bawah
|
Rata-rata
|
Batas bawah
|
0,5-1,9
|
12,5
|
11
|
37
|
33
|
77
|
70
|
2-4
|
12,5
|
11
|
38
|
34
|
79
|
73
|
5-7
|
13
|
11,5
|
39
|
35
|
81
|
75
|
8-11
|
13,5
|
12
|
40
|
36
|
83
|
76
|
12-14
|
||||||
Wanita
|
13,5
|
12
|
41
|
36
|
85
|
78
|
Laki-laki
|
14
|
12,5
|
43
|
37
|
84
|
77
|
15-17
|
||||||
Wanita
|
14
|
12
|
41
|
36
|
87
|
79
|
Laki-laki
|
15
|
13
|
46
|
38
|
86
|
78
|
18-49
|
||||||
Wanita
|
14
|
12
|
42
|
37
|
90
|
80
|
Laki-laki
|
16
|
14
|
47
|
40
|
90
|
80
|
Dikutip
dari Nathan & Oski’ hematology of infancy and childhood, sixth ed p 410
Menurut
konvensi Internasional anemia ringan didefinisikan bila kadar Hb <
11,g/dL , anemia sedang bila kadar Hb < 7g/dL, dan anemia berat bila
kadar Hb < 5 g/dL 1.
Epidemiologi
Prevalensi anemia di dunia banyak dilaporkan oleh
berbagai survey, akan tetapi karena perbedaan metodologi, populasi dan
demografi sangat sukar untuk diintepretasi (Tabel 3). Anemia
diketahui sebagai penyebab kematian dan kesakitan yang penting di beberapa
Negara. Brabin et al,
2001 melaporkan pada anak balita (usia 0-5 th) persentasi kematian yang
disebabkan oleh anemia di Sierra Leone 11,2%, Kenya 14,3%, India 3,8% 1.
Sedangkan dari penelitian di India malnutrisi dan anemia menempati posisi
ketiga ( 11,4%) sebagai penyebab kematian pada anak 0-5 tahun 2.
Table 3. Prevalensi (%)
anemia sesuai kriteria WHO pada beberapa populasi
Negara
|
Pra sekolah
|
Wanita tdk hamil
|
Wanita hamil
|
Laki-laki dewasa
|
Amerika latin (7negara)
|
----
|
17
|
24
|
4
|
Chili
|
35
|
--
|
--
|
--
|
Nigeria
|
63
|
46
|
52
|
36
|
India Utara
|
90
|
84
|
80
|
48
|
India Selatan
|
76
|
81
|
88
|
56
|
Burma
|
3-7
|
5-15
|
82
|
1-5
|
Filipina
|
42
|
37
|
72
|
7
|
Dikutip dari Nathan
&Oski’s hematology of infancy and childhood, p 1811
Klasifikasi
Anemia
dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi maupun fisiologinya 3,5.
Cara
pendekatan yang sering dipakai untuk mengetahui penyebab anemia ada dua
hal, kedua penyebab dari gangguan fungsional tsb adalah:
1. Produksi sel darah merah tidak effektif, bisa karena
gangguan maturasi dari eritrosit, kegagalan dari eritropoiesis, atau
eritroblastopenia.
2. Gangguan dari Kecepatan kerusakan eritrosit, atau
kehilangan darah yang berakibat terjadinya anemia
Anemia juga dapat diklasifikasikan dengan
ukuran eritrosit, klasifikasi ini dikategorikan
dalam anemia mikrositik, anemia normositik, dan anemia makrositik 3,5,7.
Klasifikasi
berdasarkan gangguan fisiologi dari anemia 3
A. Gangguan
pembentukan eritrosit
1. Kegagalan sumsum tulang :
a.
Anemia aplastik
b. Pure
Red Cell Aplasia
c. Infiltrasi pada sumsum tulang
2. Kekurangan produksi eritropoietin
a. Penyakit ginjal kronis
b. Hypothyroidism, hipopituitarism
c. Peradangan kronik
d. Protein malnutrisi
e. Hemoglobin mutan dg berkurangnya afinitas terhadap
oksigen
B. Gangguan
maturasi dari eritrosit atau eritropoiesis ineffektif
1. Maturitas dari sitoplasma yang abnormal
a. Defisiensi besi
b. Thalassemia
c. Anemia sideroblastik
d. Keracunan timah
2. Maturasi inti yang abnormal
a. Defisiensi vit B12
b. Defisiensi asam folat
c. Thiamin responsive anemia megaloblastik
d. Kelainan herediter metabolism asam folat
C. Anemia
Hemolitik
1. Defek hemoglobin
2. Defek membrane eritrosit
3.
Defek metabolism eritrosit
4.
Antibody mediated
5.
Kerusakan karena mekanik pada eritrosit
6. Kerusakan karena suhu pada eritrosit
7. Oksidan yang menjadi pencetus kerusakan eritrosit
8. Agen infeksi yang menyebabkan kerusakan eritrosit
9.
Paroxysmal nocturnal hemoglobinuria
10. Plasma lipid yang menyebabkan membran sel eritrosit
abnormal
Klasifikasi
anemia berdasarkan ukuran sel darah merah 3,5
A. Anemia
mikrositik
1. Defisiensi besi ( nutrisi, kehilangan darah kronis)
2. Keracunan timah kronik
3. Thalassemia
4. Anemia sideroblastik
5. Peradangan kronik
6. Kelainan kongenital anemia hemolitik dengan Hb tidak
stabil
B. Makrositik
Anemia
1. Dengan sumsum tulang megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12
b. Defisiensi
asam folat
c.
Herediter orotic aciduria
d.
Anemia yang responsive thiamin
2.
Tanpa megaloblastik pada sumsum tulang
a. Anemia aplastik
b.
Diamond blackfan Syndrome
c.
Hypothiroidism
d.
Penyakit hati
e.
Anemia diseritropoietik
C. Normositik
anemia
1. Anemia hemolitik kongenital
a. Hb mutant
b. Defek eritrosit
c. Kerusakan membran eritrosit
2.
Anemia hemolitik didapat
a.
Antibody mediated
b. Anemia hemolitik mikroangiopati
c. Sekunder karena infeksi akut
3. Kehilangan darah akut
4.
Splenic pooling
5. Penyakit ginjal kronis
Diagnosis
Anemia
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
laboratorium.
Anamnesis
:
Anamnesis
berperanan penting dalam menegakkan diagnosis anemia, di bawah ini beberapa hal
penting yang perlu diperhatikan dalam evaluasi pasien dengan anemia.
Umur :
pada neonatus bisa disebabkan karena kehilangan darah , manifestasi awal dari
anemia hemolitik, ataupun karena infeksi
Jenis
kelamin : gangguan terkait kromosom x misalnya pada defisiensi G6PD, defisiensi
piruvat.
Ras :
Hemoglobin S dan C banyak pada orang kulit hitam, thalassemia β pada kulit putih dan trait α thalassemia banyak pada klit hitam dan kulit kuning.
Etnis :
sindroma thalassemia sering ditemukan pada kawasan Mediterania, defisiensi G6PD
pada orang Yahudi, Filipina, Sardinia, Yunani, Kurdi.
Neonatal :
riwayat hiperbilirubinemia pada masa bayi mengindikasikan adanya anemia
hemolitik, seperti defisiensi G6PD, spherositosis. Pada bayi premature
dimungkinkan timbulnya anemia defisiensi besi awal.
Diet :
tanyakan adanya riwayat sumber makanan seperti asam folat, vitamin B12,
zat besi.
Obat-obatan
: cari riwayat obat yng menyebabkn anemia hemolitik, atau menyebabkan timbulnya
anemia aplastik.
Infeksi :
hepatitis dapat meninduksi timbulnya anemia aplastik, infeksi dapat menginduksi
anemia hemolitik, atau red cell aplasia
Keturunan
: adanya riwayat hiperbilirubinemia, batu empedu, atau splenomegali,
thalassemia.
Diare :
bisa disebabkan penyakit small
bowel disease dengan adanya gangguan malabsorpsi folat dan vitamin
B 12, sedangkan adanya peradangan di usus akan menyebabkan kehilangan
darah3.
Pemeriksaan
khusus yang mengarah pada anemia 3:
Misalnya :
Pada kulit
bisa timbul ikterik bila terjadi hemolitik anemia, ptekiae dan purpura bila
terjadi gangguan di sumsum tulang seperti anemia aplasi, infiltrasi misalnya
keganasan, hemolitik uremik syndrome.
Pada muka
: bila terdapat frontal bossing kita bisa memikirkan kemungkinan thalassemia
mayor, anemia defisiensi besi berat.
Mata :
bila terdapat udem pada palpebra kita perlu curiga adanya gagal ginjal.
Mulut :
glositis bisa terjadi pada anemia defisiensi besi. Stomatitis angularis juga
bisa dilihat pada anemia defisiensi besi.
Ekstremitas
: pada anemia fanconi terdapat hipoplasi thenar eminence , spoon nail
dapat ditemukan pada anemia defisiensi besi.
Limpa :
pembesaran limpa bisa terjadi pada penyakit anemia hemolitik, leukemia,
limfoma, infeksi akut, hipertensi portal.
Pendekatan
diagnosis untuk anemia, termasuk pemeriksaan laboratorium penunjang 3,5.
Skrining
awal dan dugaan diagnosis anemia :
· Anamnesis, pemeriksaan fisik diagnostic, riwayat penyakit
non hematologi misalnya renal, metabolic, thyroid dll
· Indikator sel darah merah : MCV, MCHC, RDW
· Hapusan darah tepi
· Hitung retikulosit
Konfirmasi
diagnosis :
· Antiglobulin testè Hb elektroforesis,
· Skrining G6PD , test fragilitas osmotik
· Bone Marrow Aspirate/ Biopsy
· Pemeriksaan lain seperti : bilirubin indirek, LDH,
Haptoglobin, serum B12, serum ferritin, folat , B12, TIBC
Test
tambahan lain seperti :
· Test untuk Hb varian, sitogenetik dll
Pendekatan
diagnosis anemia melalui hitung retikulosit 5:

Prinsip
manajemen penderita anemia
1. Secara umum :
Rawat semua penderita dalam kondisi akut dengan gejala
anemia symtomatik. Atau bila dicurigai ada penyakit berat yang menyertai
seperti aplasia atau infiltrasi sumsum tulang. Sambil di ikuti, pada saat yang
sama bisa dilakukan pelacakan diagnosis 6.
2. Transfusi :
a. Tujuan terapi sel darah merah adalah untuk memperbaiki
oksigenasi jaringan. Kebutuhan oksigen jaringan ditentukan oleh kadar Hb dan
Hematokrit. Factor-faktor yang terlibat didalam oksigenasi jaringan diantaranya
:
·
Tingkat pengambilan oksigen (0xygen uptake)
·
Aliran darah (blood flow)
·
Afinitas Hb terhadap O2
·
Tingkat kebutuhan jaringan ( tissue demand)
·
Kondisi pasien ( stable/unstable) 7
b. Transfusi hanya diberikan pada penderita dengan
kehilangan darah atau kegagalan sumsum tulang dengan gejala hipovolemia dengan
hemodinamik yang tidak stabil. Indikasi transfusi jarang pada penderita dengan
Hb > 10 g/dL,. Pada penderita dengan perdarahan pertama kali harus diberikan
kristaloid atau koloid untuk membuat kondisi pasien menjadi normovolemi.
Transfusi PRC hampir selalu direkomendasikan bila kadar
Hb < 6g/dL danterdapat tanda oksigenasi yang tidak adekuat, seperti
hemodinamik yang tidak stabil, iskhemic myocard 6,7,8,9,10.
c. Pada pasien normovolemik (euvolemik) yang tidak mempunyai
penyulit transfusi PRC direkomendasikan bila kadar Hb 6-8g/dL 6,7,8,9,10.
d. Pada penderita dengan tanda – tanda gagal jantung beri
transfusi secara pelan 5-10 ml/kgBB PRC dengan kecepatan 2 ml/kgBB/jam. Dan
tambahkan furosemid 1 mg/ kg bb 6
e. Pada penderita anemia hemolitik yang stabil transfusi
ditunda hingga diagnosis tegak 6.
3. Pada penderita anemia defisiensi besi dapat diberikan
terapi empiris dengan ferrous sulfate 6 mg/kgBB/hari peroral. Dan diikuti
dengan pemeriksaan darah rutin dan hitung retikulosit. Dalam satu minggu
hitung retikulosit akan meningkat.
4. Pada penderita anemia hemolitik autoimun proses hemolitik
dapat berjalan dengan cepat dan dapat menyebabkan gagal jantung, gunakan darah
dengan antigen yang equivalent, tambahkan terapi dengan prednisone 2 mg/ kg bb 6
5. Anemia sering terjadi pada pasien gawat dan berkaitan
dengan hasil akhir yang jelek bila tidak ditangani dengan baik. Penanganan anemia
yang adekuat akan mempengaruhi hasil akhir
Kesimpulan
· Insidensi anemia cukup tinggi teutama di Negara
berkembang.
· Anemia dapat menyebabkan kematian bila tidak
ditangani dengan cepat dan tepat
· Diagnosis anemia dapat ditegakkan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik diagnostik dan pemeriksaan penunjang.
· Terapi transfusi hanya diberikan sesuai indikasi.
Daftar pustaka
1.
Brabin BJ, Premji Z, Verhoeff F, An analysis of anemia and child
mortality, J.Nutr 131: 636S-648S, 2001
2.
Awashi S, Pandhe VK, Cause specific mortality in under fives in
urban slum in Lucknow North India, J Trop Pediatr 44: 358-361
3.
Oski FA, Brugnara C, Nathan GD : A diagnostic approach to the
anemic patient in Nathan DG, Orkin SH, Ginsburg D, Look AT, ed Nathan and
Oski’s hematology of infancy and childhood, sixth ed, Saunders, Philadelphia,
2003, p 409-17
4.
Weatheral D, KwiatkowskiD: Hematologic manifestations of
systemic deseasesin children of the developing world, dalam Nathan DG, Orkin
SH, Ginsburg D, Look AT, ed Nathan and Oski’s Hematology of infancy and
childhood, sixth ed, Saunders, Philadelphia, 2003, p 1810-29
5.
Lanzkowsky P, Manual of pediatric hematology and Oncology, Churchil Livingstone, New York, 1989, p 1-11
6.
Rogers PC, Bond MC, : Hematology and Oncology in Baldwin G
(ed): Handbook of pediatric emergency, 2nd ed, Little, Brown and
Company, Boston,
1994, p 211-37
7.
Sudarmanto B, Sumantri AG, T Mudrik: Transfusi darah dan
transplantasi dalam Permono B, Sutaryo, Ugrasena IDG, Windiastuti E, Abdulsalam
M, penyunting. Buku ajar hematologi-onkologi anak, cetakan kedua, Jakarta, IDAI, 2006
8.
Madjdpour C, HeindiV, SpahnDR : Risk, benefit, alternatives and
indications of allogenic blood transfusions, Minerva Anestesiol, 2006:72;283-98
9.
Spahn DR,
Strategies for transfusions therapy, Best Pract Res Clin Anaesthesiol, 2004
dec:18(4):661-73
10.
Lacroix J, Hebert PC, Hutchinson JS, Hume HA, Tucci M, Ducruet T
et al : Transfusion strategies for patiens in pediatric intensive care units, N
Engl J Med 2007;356:1609-19
No comments:
Post a Comment